Liputan6.com, Garut - Pernah menjadi buah kebanggaan masyarakat Garut, Jawa Barat tempo dulu, perlahan pasti pamor jeruk Garut kembali bergeliat. Eptilu, salah satu kelompok petani jeruk milienial di kecamatan Cikajang, mulai menjaga asa itu.
Seperti diketahui jeruk Garut memang pernah menjadi buah kebanggaan masyarakat. Bahkan, saking terkenalnya, ikon buah jeruk terpampang dalam logo kabupaten Garut hingga kini. Namun, musibah letusan Gunung Galunggung pada 1982 silam memupus cerita manis itu.
Debu letusan yang tebalnya lebih dari satu meter, mengubur semuanya. Selain itu, serangan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) dari bakteri Lybers bacteri aniaticum yang disebarkan melalui kutu loncat jeruk atau Diaphorina citri, menyebabkan kerontokan buah sumber vitamin C tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Kini, di tangan petani muda yang tergabung di Eptilu, asa menjaga kejayaan itu kembali mekar. Selain sebagai pengedukasi budidaya jeruk, Eptilu juga mengembangkan area wisata jeruk untuk warga Garut, dan dari luar daerah.
Tidak hanya itu, Pemkab Garut mulai mengembangkan tanaman jeruk di beberapa kecamatan. Tercatat sudah ada sekitar 400 ribu pohon jeruk atau sekitar 40 persen dari area seluas 1.000 hektare, kembali ditanam jeruk oleh warga.
Sebut saja Kecamatan Samarang, Pasirwangi, Bayongbong, Cisurupan, Cikajang, Cilawu, Karangpawitan, Pameungpeuk, Cikelet, Cisompet, dan Cibalong mulai terbiasa menanam jeruk Garut.
Pemilik wisata petik jeruk Eptilu Cikajang, Rizal Fahreza mengatakan, sejak pertama kali dibuka untuk umum 2016 lalu, keberadaan Eptilu langsung menjadi magnet bagi warga.
“Hingga kini kami masih konsisten untuk mengembangkan jeruk Garut,” ujar Rizal, Senin (22/2/2021).
Eptilu (ejaan Sunda) yang berasal dari Fresh From Farm, merupakan kawasan agrowisata baru sekaligus wahana edukasi untuk mempelajari budidaya jeruk hingga tuntas.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Potensi Agrowisata
Selama berkunjung di sana, pengunjung bisa mempelajari seluk beluk jeruk Garut mulai pembibitan hingga panen secara lengkap dari pengelola perkebunan.
"Pengunjung bisa petik jeruk langsung dari pohonnya untuk dibawa pulang," kata dia.
Tak ayal dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pamor eptilu semakin dikenal publik sebagai tujuan wisata pertanian yang menyenangkan, "Kami juga mulai merencanakan program pengembangan jeruk, termasuk perluasan area jeruk," kata dia.
Dalam praktiknya, pengelola perkebunan eptilu mengajak Dinas Pertanian Garut untuk memetakan area wilayah luasan lahan yang akan digarap para petani jeruk. "Sekarang masih di PCL atau penentuan calon petani termasuk calon lahan," kata dia.
Khusus bagi pengunjung yang doyan kulineran khas Garut, pengelola Eptilu juga menyediakan santapan nasi liwet kentang khas sunda, plus ayam kampung dan pelengkapnya mulai tahu, mendoang, asin, sambel dan Lalaban komplit.
"Tiketnya Rp55 ribu lengkap, Rp35 ribunya buat makan dan Rp20 ribunya buat jeruk,” papar Rizal.
Tidak hanya itu, selama masa pandemi Covid-19 berlangsung, pengelola terus melakukan sejumlah pembangunan fasilitas penunjnag bagi pengunjung, mulai dari penataan lingkungan sekitar dengan penanaman bunga dan tanaman lain oleh penduduk sekitar, hingga kehadiran ruang edukasi pertanian yang didukung Kementerian Pertanian.
"Bagi kalangan ibu-ibu yang kerap mengeluhkan soal toilet, kamu telah menyediakan fasilitas itu secara lengkap sejak di area parkir kendaraan," ujarnya.
Dengan kelebihannya itu, kawasan aerowisata Eptilu seluas dua hektare itu, bisa dijadikan arena wisata edukasi bagi warga, mulai pelajar hingga pengunjung umum untuk menikmati wisata memerik jeruk di alam bebas langsung dari pohonnya.
Advertisement