Bappenas: 40 Persen Target Vaksinasi Tercapai September 2021

Pemerintah menargetkan total sekira 180 juta penduduk Indonesia akan menerima vaksin Covid-19.

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Feb 2021, 14:40 WIB
Petugas menyiapkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac untuk disuntikkan kepada tenaga kesehatan saat kegiatan vaksinasi di RSCM di Jakarta, Senin (8/2/2021). Kementerian Kesehatan secara resmi memulai vaksinasi tenaga kesehatan di atas 60 tahun pada hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, mengatakan 40 persen dari total target penduduk yang akan divaksin diharapkan bisa tercapai pada September 2021. Pemerintah menargetkan total sekira 180 juta penduduk Indonesia akan menerima vaksin Covid-19.

"Bappenas ikut menghitung bersama ahli termasuk Universitas Indonesia, ahli epidemiologi dan ahli vaksin bahwa untuk mempercepat penurunan laju pertambahan kasus, kita ingin mengejar setidaknya 40 persen dari 180 juta disuntik lebih cepat. Kalau berdasarkan jumlah vaksin, itu kira-kira akan tercapai pada September 2021, " jelas Suharso dalam konferensi pers yang ditayangkan secara virtual pada Senin (22/2/2021).

Namun, ia berharap target tersebut bisa lebih cepat terjadi. "Misalnya bulan Juli, semoga terjadi, maka kasus Covid-19 akan melandai. Kemudian ekonomi akan bergerak lebih baik," sambungnya.

Konsumsi rumah tangga memiliki porsi besar untuk PDB Indonesia. Pandemi menyebabkan mobilitas terganggu, sehingga dengan sendirinya memengaruhi konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.

Hery immunity akan membuat mobilitas membaik, sehingga kata Suharso, akan mendorong sisi suplai dan demand. Hal ini akan membuat ekonomi bergerak lebih baik.

Jika tak ada aral melintang, Suharto mengatakan herd immunity di Indonesia akan tercapai pada Maret 2021. Setidaknya, berdasarkan jumlah hitungan vaksin sekitar 482 yang sudah terkonfirmasi untuk 180 juta penduduk.

"Setidaknya berdasarkan jumlah hitungan dari vaksin yang sudah terkonfirmasi sekitar 428 juta lebih, dan itu untuk disuntikkan kepada 180 juta penduduk Indonesia di atas usia 18 tahun, dan dengan tambahan sekitar 15 persen cadangan.Jadi mudah-mudahan rencana ini sesuai," jelasnya.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hasil Survei Indikator: 30,3 Persen Responden Tidak Percaya Efektivitas Vaksin Covid-19

Petugas medis bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 Sinovac kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Palmerah, Jakarta, Kamis (28/1/2021). Pemberian vaksin COVID-19 tahap kedua dilaksanakan terhadap tenaga kesehatan mulai hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebanyak 53,5 persen responden menyatakan percaya efektivitas vaksinasi Covid-19 dalam penularan virus Corona.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, pada Minggu (21/2/2021).

Menurut dia, tingkat ketidakpercayaan publik terhadap berbagai varian vaksin relatif tinggi.

"Yang tidak percaya sekitar 30,3 persen dan selebihnya tidak bisa menilai sebanyak 16,3 persen," kata kata Burhanuddin dalam diskusi daring.

Dia mengatakan, secara umum, mayoritas warga bersedia untuk diberi vaksin Covid-19 di hampir semua klasifikasi demografi. Kecuali kelompok usia 22-25 tahun dan kelompok pendidikan SLTP.

"Kesediaan menerima vaksin Covid-19 lebih rendah pada kelompok yang semakin jarang merasa takut tertular virus, tidak percaya terhadap efektivitas vaksin," ucap Burhanuddin.

Sementara itu, lanjut dia, pada kelompok yang bersedia menerima vaksin yakni 54,9 persen responden, mayoritas tidak bersedia jika harus membeli atau membayar.

Hanya 23,7 persen dari yang setuju divaksin itu yang bersedia membayar dan tidak bersedia adalah 70 persen.

"Atau secara total sekitar 38,4 persen tidak bersedia diberi vaksin jika harus membayar/membeli, dan hanya sekitar 13 persen yang bersedia diberi vaksin meski harus membayar/membeli," jelas Burhanuddin.

Survei Indikator Politik Indonesia dilakukan pada 1 hingga 3 Februari 2021, dengan 1.200 responden menggunakan metode simple random sampling. Adapun toleransi kesalahan atau margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen.

Survei dilakukan dengan menelepon 1.200 responden, yang dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung dalam rentang 2 Maret 2018-Maret 2020.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya