Liputan6.com, Nay Pyi Taw - Ribuan warga Myanmar menjadi pengiring pemakaman gadis bernama Mya Thwe Thwe Khine yang tewas ditembak militer. Wanita itu ikut berdemo menolak kudeta terhadap Aung San Suu Kyi.
Usia Mya Thwe Thwe Khine baru saja menginjak 20 tahun ketika dinyatakan tewas pada 20 Februari 2020.
Baca Juga
Advertisement
Foto-foto dari AP, Senin (22/2/2021), tampak sejumlah mobil ikut mengantar tubuh Mya menuju tempat peristirahatan terakhir. Ada juga warga yang naik sepeda motor.
Warga yang ikut mengiringi tampak mengenakan masker.
Video BBC menunjukkan warga mengacungkan simbol tiga jari saat peti mati Mya melewati mereka. Foto-foto gadis itu juga dibawa.
Sekelompok anak-anak muda turut menyalakan lilin sebagai tanda penghormatan.
Mya merupakan korban pertama dari demonstrsai Myanmar yang protes terhadap aksi kudeta militer yang merebut kekuasaan dari Aung San Suu Kyi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Imbas Tewasnya Demonstran Anti-Kudeta, Facebook Hapus Halaman Militer Myanmar
Facebook pada Minggu (21/2) menghapus halaman utama militer Myanmar karena aturan media sosial itu melarang adanya hasutan kekerasan. Penghapusan tersebut dilakukan sehari setelah tewasnya dua pengunjuk rasa ketika polisi melepaskan tembakan pada demonstran.
"Sejalan dengan kebijakan global kami, kami telah menghapus Halaman Tim Informasi Berita Sejati Tatmadaw dari Facebook karena pelanggaran berulang terhadap standar Komunitas kami yang melarang hasutan kekerasan dan mengkoordinasikan tindakan merugikan," kata seorang perwakilan Facebook dalam sebuah pernyataan, sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (22/2/2021). Militer Myanmar dikenal sebagai Tatmadaw.
Juru bicara militer tidak menanggapi panggilan telepon Reuters untuk meminta komentar.
Dua orang tewas pada protes di Mandalay, Sabtu (20/2), ketika polisi dan tentara menembaki pengunjuk rasa yang menentang kudeta terhadap Aung San Suu Kyi.
Demonstrasi kemarin adalah hari paling berdarah di Myanmar dalam protes-protes yang berlangsung lebih dari dua minggu yang bertujuan menentang kudeta militer 1 Februari.
Advertisement
Keputusan Facebook
Facebook dalam beberapa tahun terakhir telah terlibat dengan aktivis hak-hak sipil dan partai politik demokratis di Myanmar dan melawan militer setelah mendapat kecaman internasional karena dianggap gagal dalam menahan kampanye kebencian secara online.
Pada tahun 2018, Facebook melarang panglima militer Min Aung Hlaing--sekarang penguasa militer--dan 19 perwira dan organisasi senior lainnya, serta menghapus ratusan halaman dan akun yang dijalankan oleh anggota militer.
Menjelang pemilihan November, 2020 Facebook mengumumkan telah menghapus jaringan 70 akun palsu dan halaman yang dioperasikan oleh anggota militer Myanmar yang telah mengunggah konten positif tentang tentara atau kritik terhadap Suu Kyi dan partainya.
Infografis Kudeta Myanmar:
Advertisement