Liputan6.com, Jakarta - Ariel Noah memiliki penggemar yang sangat banyak, khususnya kaum hawa. Namun siapa sangka saat kecil, vokalis band Noah ini cukup nakal.
Hal itu diungkapkan pemilik nama asli Nazril Irham ini saat menjadi bintang tamu di podcast Sule, Senin (22/2/2021).
Baca Juga
Advertisement
Semula Sule menanyakan masa kecil Ariel Noah. Tanpa malu, mantan kekasih Sophia Latjuba ini membeberkan keseruannya.
Menyiksa Teman
Saat kecil, Ariel sempat tinggal di Aceh. Kala itu ia masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Sule pun bertanya mengenai kenakalan masa kecil, dan Ariel menjawab bahwa bila masa kecil tidak nakal itu berarti tak normal.
"Di TK itu, masih ada raportnya sampai sekarang, masih saya simpan. Di situ ada tulisan untuk orangtua, 'Anak ibu suka menyiksa anak lainnya'," kenang Ariel sambil tertawa.
Advertisement
Nakal
Ariel menceritakan saat kecil ia hobi menonton film kartun. Dan kerap diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
"Waktu di Aceh punya teman satu spesialis untuk berantem. Bisa gini, 'Eh nanti sore kita ketemu di lapangan, kita berantem. Berantemnya beneran, tapi kita menganggapnya olahraga aja," paparnya.
Berhenti
Kebiasaan Ariel ini pun terbawa sampai ia pindah ke Bandung saat usianya tujuh tahun. Namun, itu tidak berlangsung lama.
"Tapi pas pindah ke Bandung agak beda. Berantem tapi beda. Jadi gini pas pindah ke Bandung kirain masih sama scene-nya. Ternyata ada satu yang enak diajak berantem, pas di sana (Aceh) kan satu lawan satu. Pas di Bandung kirain sendiri, ternyata datang berlima. Sejak itu udah males," lanjutnya.
Advertisement
Darmaji
Kenakalan lainnya yang pernah dilakukan Ariel Noah adalah darmaji, yaitu dahar lima ngaku hiji (makan lima mengaku satu).
"Diajakin, gimana. Diajarin teman nanti kalau ke sana bisa untung, jadi bayarnya segini ngambilnya tiga langsung. Tapi kalau dulu mikirnya bukan kriminal. Sebenarnya bukan mau untung, hanya untuk menunjukkan skill," katanya.
Bersalah
Meski masih kecil, pria kelahiran Pangkalan Brandan, 16 September 1981 mengaku setelah melakukan hal tersebut merasa bersalah.
"Soalnya kan kita diajari PMP ya, di situ kan dikasih tahu budi pekerti kalau itu salah, ini benar. Saat melakukan itu bukan mau untung secara uang, cuma skill-nya bisa enggak secepat itu. Tapi setelah dipikirkan merugikan ya, merasa bersalah pasti ada," imbuhnya.
Advertisement