Wagub DKI Bantah Data Banjir Jakarta Sebagian Disembunyikan

Riza menegaskan, tidak ada fakta dan data yang disembunyikan, semuanya sesuai yang dihimpun Pemprov melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan tidak mungkin setiap tahun dipaparkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Feb 2021, 07:51 WIB
Petugas menggunakan perahu karet mengevakuasi beberapa warga yang terjebak banjir di kawasan Jalan Kemang Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Jumat (19/2) membuat sejumlah titik di Jakarta terendam banjir. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria membantah penilaian bahwa pihaknya  sengaja tidak mengunggah keseluruhan data banjir musiman atau tahunan.

Riza menegaskan, tidak ada fakta dan data yang disembunyikan, semuanya sesuai yang dihimpun Pemprov melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan tidak mungkin setiap tahun dipaparkan.

"Jadi, yang pasti teman-teman bisa melihat ini datanya sudah ada terkait dengan banjir Jakarta dalam angka. Ini data yang ditampilkan data yang banjir besar (lima tahunan) yang hujan ekstrem dan semuanya tersimpan dengan jelas," kata Riza di Jakarta, Senin, 22 Februari 2020 malam.

Oleh karena itu, lanjut Riza, yang ditampilkan Pemprov DKI bukanlah banjir yang terjadi setiap tahun, melainkan seperti meloncat-loncat dari tahun satu ke tahun lainnya.

Pemprov DKI Jakarta sendiri mengunggah data banjir besar yang terjadi di Jakarta mulai dari 2002, 2007, 2013, 2015, 2020, hingga 2021.

"Kalau dilihat angka-angka di dalamnya, cukup signifikan penurunannya," ucap Riza seperti dilansir dari Antara. 

Dalam data tersebut, kata Riza, pada tahun 2002 luas area yang tergenang adalah 168 km persegi, banjir pada tahun 2007 luas area 455 km persegi, banjir pada tahun 2013 luas area 240 km persegi, 2015 luas area 281 km persegi, 2020 luas area 56 km persegi, dan 2021 hanya 4 km persegi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Tidak Ada yang Disembuyikan

Mobil menerjang banjir yang menggenangi Jalan Tol JORR di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). Banjir terjadi akibat luapan Kali Serua yang berada di pinggir jalan tol. (merdeka.com/Arie Basuki)

Untuk lokasi pengungsian, Riza menyebutkan dari 1.250 titik pengungsian, pada tahun 2013 ada 409 titik pengungsian, pada tahun 2020 ada 269 titik pengungsian, dan 2021 ada 44 titik pengungsian.

"Untuk korban meninggal dari 2002 ada 33 korban meninggal, 2007 ada 48 korban meninggal, 2013 ada 40 korbang meninggal, 2015 ada lima orang meninggal, 2020 ada 19 orang korban meninggal, 2021 ada lima orang meninggal," ucapnya.

Untuk waktu surut, tutur Riza, berturut-turut adalah 6 hari (2002), 10 hari (2007), 7 hari (2013), 7 hari (2015), 4 hari (2020), dan 1 hari (2021).

"Ini sudah jelas semua, tidak ada yang disembunyikan," tutur Riza.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya