Liputan6.com, Jakarta Terkait Vaksin Nusantara, menurut Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi, perjalanannya masih panjang. Dikabarkan vaksin tersebut sedang dievaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menilai, apakah bisa dilanjutkan uji klinis tahap kedua atau tidak.
Vaksin Nusantara diinisiasi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Penelitian vaksin dilaksanakan di RS Kariadi Semarang bekerjasama dengan RSPAD Gatot Subroto dan Badan Litbang Kementerian Kesehatan.
Advertisement
"Pada prinsipnya, kami di Kemenkes, jenis vaksin yang ada harus lolos uji klinis fase 1, 2, dan 3 serta mendapat izin edar dari BPOM. Setelah keluar izin edar, kami baru bisa mulai pelaksanaan vaksinasi," ucap Nadia dalam dialog virtual, ditulis Selasa, 23 Februari 2021.
"Kalau melihat Vaksin Nusantara, menurut kami perjalanannya masih panjang ya (masih harus serangkaian uji klinis dan evaluasi)."
Terawan mengembangkan Vaksin Nusantara yang mengandung vaksin dari sel dendritik. Pengobatan sel dendritik pun diketahui lebih banyak digunakan sebagai terapi pasien kanker, yang merupakan terapi bersifat individual. Artinya, setiap orang sel dendritiknya bisa mendapat perlakuan yang berbeda.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kemenkes Dukung Inovasi Vaksin Produksi Dalam Negeri
Nadia Tarmizi menambahkan, Kementerian Kesehatan mendukung inovasi vaksin produksi dalam negeri. Terlebih lagi hal itu bisa menjadi potensi keberhasilan di mata dunia.
"Prinsipnya, kami, Kemenkes mendukung semua inovasi anak bangsa, apalagi produksi dalam negeri. Kita lihat, PT Bio Farma kalau tidak salah, salah satu penyuplai vaksin di dunia global," tambahnya.
"Artinya, Indonesia sudah dipercaya produksi vaksin. Tentunya, kalau nanti ada Vaksin Merah Putih ataupun Vaksin Nusantara itu potensi-potensi, yang mana Indonesia bisa mencatat salah satu keberhasilannya di dunia, terkait suplai vaksin tadi."
Advertisement