Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Ahmad Riza Patria turut menanggapi banjir yang terjadi di Ibu Kota akibat hujan deras pada Jumat, 19 Februari hingga Minggu, 21 Februari 2021.
Salah satunya Riza membantah pihaknya tidak transparan terkait data banjir Jakarta. Hal tersebut disampaikannya menyusul data banjir yang disampaikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui media sosial hanya menampilkan data 2002, 2007, 2013, 2015, 2020, dan 2021.
Advertisement
"Ini fakta dan data. Tidak ada data yang disembunyikan. Semuanya sesuai data dan fakta. Tidak mungkin setiap tahun dipaparkan," ujar Riza di Balaikota DKI, Senin malam, 22 Februari 2021.
Dia menegaskan, semua data sesuai yang dihimpun Pemprov DKI melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan tidak mungkin setiap tahun dipaparkan.
Selain itu Riza juga menyampaikan permintaan kepada pihak manajemen hotel, dan pengelola gedung agar menempatkan parkir kendaraan mobil di tempat tinggi sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi banjir.
"Kita juga meminta seluruh manajemen apartemen, hotel, restoran dan sebagainya apabila berada di titik-titik yang berpotensi tergenang air, seperti di Kemang, pastikan semua tamunya, mobilnya, ditempatkan di tempat yang tinggi," kata Riza.
Berikut deretan pernyataan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menanggapi banjir di Ibu Kota dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bantah Publikasi Data Banjir Tak Transparan
Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Ahmad Riza membantah pihaknya tidak transparan dalam menyampaikan data banjir.
Hal ini disampaikan setelah data banjir dipublikasi Pemprov DKI melalui media sosial hanya menampilkan data tahun 2002, 2007, 2013, 2015, 2020, dan 2021.
"Ini fakta dan data. Tidak ada data yang disembunyikan. Semuanya sesuai data dan fakta. Tidak mungkin setiap tahun dipaparkan," kata Riza di Balaikota DKI, Senin malam, 22 Februari 2021.
Advertisement
Data yang Disampaikan Sesuai Laporan Dinas SDA
Riza menegaskan, tidak ada fakta dan data yang disembunyikan. Semua data banjir sesuai yang dihimpun Pemprov melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan tidak mungkin setiap tahun dipaparkan.
"Jadi, yang pasti teman-teman bisa melihat ini datanya sudah ada terkait dengan banjir Jakarta dalam angka. Ini data yang ditampilkan data yang banjir besar (lima tahunan) yang hujan ekstrem dan semuanya tersimpan dengan jelas," terang dia.
Oleh karena itu, lanjut Riza, yang ditampilkan Pemprov DKI bukanlah banjir yang terjadi setiap tahun, melainkan seperti meloncat-loncat dari tahun satu ke tahun lainnya.
Pemprov DKI Jakarta sendiri mengunggah data banjir besar yang terjadi di Jakarta mulai dari 2002, 2007, 2013, 2015, 2020, hingga 2021.
"Kalau dilihat angka-angka di dalamnya, cukup signifikan penurunannya," ucap Riza seperti dilansir dari Antara.
Unggah Data Banjir dari Tahun ke Tahun
Data yang diunggah oleh Pemprov DKI Jakarta adalah data banjir besar yang terjadi mulai dari 2002, 2007, 2013, 2015, 2020, hingga 2021.
Oleh karena itu, lanjut Riza, yang ditampilkan Pemprov DKI bukanlah banjir yang terjadi setiap tahun, melainkan seperti meloncat-loncat dari tahun satu ke tahun lainnya.
Dia menuturkan, jika ingin melihat atau mengakses data banjir dari tahun ke tahun, pihaknya memiliki rincian setiap tahunnya.
"Kalau teman-teman mau data setiap tahun, ada datanya. Titik-titiknya ada, semua lengkap. Silahkan cek di Kominfo dan SDA. Ini data yang ditampaikan data yang banjir besar, yang hujan ekstrem saja," kata Riza.
Advertisement
Terjadi Penurunan Titik Banjir
Riza menuturkan, berdasarkan data banjir yang dipaparkan, terlihat penurunan yang signifikan saat menghadapi cuaca ekstrem.
"Kalau dilihat angka-angka di dalamnya, cukup signifikan penurunannya," ucap Riza seperti dilansir dari Antara.
Dalam data tersebut, kata Riza, pada tahun 2002 luas area yang tergenang adalah 168 km persegi, banjir pada tahun 2007 luas area 455 km persegi, banjir pada tahun 2013 luas area 240 km persegi, 2015 luas area 281 km persegi, 2020 luas area 56 km persegi, dan 2021 hanya 4 km persegi.
Data Korban Banjir
Riza juga menyampaikan, selain pada data wilayah yang tergenang banjir, penurunan signifikan juga dapat terlihat dari jumlah pengungsi, korban meninggal banjir, sampai waktu surut banjir.
"Jumlah pengungsi mulai dari 154.000, 227.000 sampai 276.000, 333.000 sampai tahun ini hanya 3.311 pengungsi," kata dia.
Untuk lokasi pengungsian, Riza menyebutkan dari 1.250 titik pengungsian, pada tahun 2013 ada 409 titik pengungsian, pada tahun 2020 ada 269 titik pengungsian, dan 2021 ada 44 titik pengungsian.
"Untuk korban meninggal dari 2002 ada 33 korban meninggal, 2007 ada 48 korban meninggal, 2013 ada 40 korbang meninggal, 2015 ada lima orang meninggal, 2020 ada 19 orang korban meninggal, 2021 ada lima orang meninggal," ucap dia.
Untuk waktu surut, tutur Riza, berturut-turut adalah 6 hari (2002), 10 hari (2007), 7 hari (2013), 7 hari (2015), 4 hari (2020), dan 1 hari (2021).
Advertisement
Minta Pengelola Gedung Buat Tempat Parkir di Lokasi yang Tinggi
Riza kemudian meminta pihak manajemen hotel dan pengelola gedung agar menempatkan parkir kendaraan mobil ditempat tinggi.
Menurut dia, hal ini penting sebagai antisipasi terjadinya curah hujan ekstrem di Ibu kota yang kerap terjadi pada malam hingga dini hari.
"Kita juga meminta seluruh manajemen apartemen, hotel, restoran dan sebagainya apabila berada di titik-titik yang berpotensi tergenang air, seperti di Kemang, pastikan semua tamunya, mobilnya, ditempatkan di tempat yang tinggi," kata Riza.
Politikus Gerindra itu berujar, hujan yang turun pada malam hari membuat warga tidak sempat mengevakuasi kendaraan atau barang-barang mereka.
Untuk itu, sebelum terjadinya hujan, Riza menyarankan pengelola hotel dan gedung mengambil langkah pencegahan dini, untuk meminimalisir dampak banjir terhadap kendaraan para tamu.
"Kalau ada genangan air yang datang ketika kita tidur, sehingga mobil kita tidak tergenang seperti yang terjadi di Kemang," jelas Riza.
(Dinda Permata Sari)
Jakarta Kembali Dikepung Banjir
Advertisement