Liputan6.com, Jakarta - Pembuat konten Imam Priyono berbagi pengalaman saat terjun ke dalam bisnis digital. Mantan jurnalis ini memandang semua pengusaha kini tengah berupaya untuk menembus pasar digital.
"Ekosistemnya mungkin masih bisa dimasuki banyak pihak, dan teman-teman pengusaha saya rasa punya kesadaran yang sama. Saya rasa apapun jenis usahanya semua sedang masuk ke konten digital," kata Imam dalam sesi talkshow virtual bersama BNPB, Selasa (23/2/2021).
Advertisement
Imam berharap semua pelaku bisnis mau terus mempelajari dan memanfaatkan ekosistem digital ini. Sebab, saat ini semakin banyak profesional yang terjun berkecimpung di ranah internet.
"Tapi memang ada kondisi kekinian, sekarang di ekosistem digital sudah mulai banyak orang-orang profesional sudah masuk ke sana. Jadi kualitas kontennya lebih baik, lebih challenging," sebutnya.
Situasi tersebut kemudian berdampak pada produksi konten digital yang semakin profesional. Persaingan konten digital juga semakin sengit damn berlomba-lomba merebut jumlah viewer.
"Jadi buat temen-temen yang masuk ke ruang digital saran saya semakin profesional, semakin ngulik lagi, karena memang persaingannya akan semakin kompleks," imbuh Imam.
Tak lupa, ia juga menekankan pentingnya kolaburasi ketimbang terus-terusan bersaing. "Kalau sekarang kan eranya enggak hanya kompetisi, eranya kolaborasi. Kayak pengacara kalau harus belajar broadcast untuk masuk digital kan sulit, mendingan kita kolaborasi," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Resep Bisnis Bisa Bertahan saat Pandemi Covid-19: Segera Go Digital
Sebelumnya Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di Indonesia belum menunjukkan tanda berakhir. Dampak nyatanya dirasakan oleh hampir seluruh lini bisnis terutama UMKM.
Salah satu strategi bertahan, bahkan eskalasi, bisnis kecil dan menengah yang dapat dilakukan ialah memasuki ekosistem digital. CEO dan Co-founder DANA Vincent Iswara mengatakan, sebenarnya, karakter pasar di Indonesia sudah menunjukkan perpindahan (shifting) dari transaksi tunai dan fisik ke transaksi non-tunai.
"Di Indonesia kalau tidak salah jumlah generasi centennialnya sudah lebih dari 53 persen atau hampir 60 persen dan mereka rata-rata online 7 hingga 9 jam sehari," ujar Vincent dalam dalam tayangan UMKM Expo(rt) Billianpreneur 2020 di Vidio.com, Minggu (13/12/2020).
Lanjut Vincent, sesuai survei, 73 persen decision making atau pengambilan seperti keputusan membeli, membutuhkan barang dilakukan melalui platform digital. Oleh karenanya, penting bagi UMKM untuk segera go digital mengingat pasar yang dituju juga sudah melakukan perpindahan pola berbelanja.
Dirinya menyarankan agar UMKM bisa 'jemput bola' dengan masuk ke ekosistem digital.
"Ke depannya kalau sudah seperti itu, kalau go digital sudah gratis dan aman, dari pendanaan dan pencatatan transaksi aman, harusnya tidak ada hambatan lagi," tandas Vincent.
Dalam kesempatan yang sama, CEO dan Co-founder Qasir Michael Liem mengatakan, masuknya UMKM ke ekosistem digital tidak hanya membuat bisnis yang sedang dijalankan mendapat peningkatan profit, namun juga lebih produktif.
Selain itu, resiko yang ditimbulkan juga lebih kecil serta biaya operasional yang dikeluarkan pun berkurang. Ekosistem digital juga memungkinan pelaku usaha memiliki catatan transaksi yang terverfikasi.
"Dan ini tidak hanya bisa meningkatkan profit, namun juga produktivitas untuk membesarkan usaha mereka lebih lanjut," ujarnya.
Advertisement