Liputan6.com, Fukushima - Tingkat tekanan pada air di dua reaktor di pembangkit nuklir Fukushima, Jepang dilaporkan mengalami penurunan.
Kerusakan dua reaktor di pembangkit nuklir ini terjadi pasca-gempa bumi yang melanda daerah itu beberapa lalu, demikian dikutip dari laman AP, Selasa (23/2/2021).
Kerusakan baru diprediksi dapat semakin memperumit sistem kerja dan sulit diperbaiki, bahkan diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.
Baca Juga
Advertisement
Juru bicara Tokyo Electric Power Co Keisuke Matsuo mengatakan, penurunan permukaan air di reaktor Unit 1 dan 3 menunjukkan bahwa kerusakan yang ada pada ruang penahanan utama diperburuk oleh gempa magnitudo 7,1 di Fukushima.
Pada tahun 2011, gempa Fukushima dan tsunami berkekuatan magnitudo 9,1 juga merusak sistem pendingin pembangkit listrik Fukushima, menyebabkan tiga inti reaktor meleleh dan bahan bakar nuklir jatuh ke dasar kapal penahanan utama mereka.
TEPCO akan memantau air dan suhu di dasar bejana penahanan, kata Matsuo.
Sejak bencana tahun 2011, air pendingin terus mengalir dari bejana penahanan primer yang rusak ke ruang bawah tanah gedung reaktor.
Untuk mengganti kerugian, air pendingin tambahan telah dipompa ke dalam reaktor Fukushima untuk mendinginkan bahan bakar cair yang tersisa di dalamnya.
Simak video pilihan di bawah ini:
Tanah Longsor
Penurunan permukaan air baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih banyak cairan yang bocor, kata TEPCO.
Lebih dari 180 orang menderita luka ringan akibat gempa beberapa waktu lalu. Gempa tersebut juga memicu tanah longsor, merusak rumah dan jalur kereta api berkecepatan tinggi, serta menyebabkan gangguan listrik dan pasokan air.
TEPCO awalnya melaporkan bahwa tidak ada keruskaan di pabrik tersebut.
Matsuo mengatakan, ketinggian air pendingin turun sebanyak 70 sentimeter (27 inci) di ruang penahanan utama reaktor Unit 1 dan sekitar 30 sentimeter (11 inci) di Unit 3.
Advertisement