Liputan6.com, Jakarta - Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, & Bali, PT PLN (Persero), Haryanto WS mengatakan akan berusaha untuk memaksimalkan penurunan susut energi atau daya rugi (losses). Namun penurunan susut energi ini membutuhkan investasi yang nilainya tidak sedikit.
"Susut teknis ini memang tidak bisa dihindari karena memang harus diatasi dengan investasi. Dan investasi ini memang terbatas dan banyak pengaruh dari konfigurasi atau kondisi beban kita, tapi kami akan berusaha," tutur Haryanto dalam Webinar Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) sesuai Permen ESDM No 9 Tahun 2020, Jakarta, Selasa (23/2).
Advertisement
Haryanto pun meminta dukungan dari pemerintah dan dinas ESDM di daerah untuk turut serta mengambil peran untuk menurunkan susut energi non teknis. Sebab dari base practise sudah hampir nol. Sehingga hasilnya tergantung pada kepatuhan masyarakat dalam menggunakan energi.
"Ini tergantung pada kepatuhan masyarakat kita," kata dia.
Kondisi ekosistem yang ada menunjukkan masyarakat yang merasa sudah bayar pajak penerangan jalan tetapi menyalahgunakan fasilitas. Tidak sedikit dari mereka yang merasa berhak mengambil listrik dari jaringan terdekat.
"Mereka merasa berhak dan mengambil cara mudah dari jaringan PLN terdekat," kata dia.
"Ini hal-hal yang secara struktural yang harus kami hadapi. Juga kondisi pelanggaran-pelanggaran meter yang ada di pelanggan yang ini sangat minim," sambung Haryanto.
Meski begitu dia akan terus menurunkan susut teknis dan non teknis. Pihaknya juga akan berkonsultasi dengan Kementerian ESDM, para pemangku kepentingan dan kalangan universitas.
Dia ingin mendapatkan usulan yang bisa dilakukan PLN untuk menurunkan susut energi baik secara struktural maupun sistematis yang sifatnya jangka panjang.
"Supaya kita bisa menurunkan susut ini secara struktural dan sistematis dan jangka panjang dan kita bisa makin efisien," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penjelasan PLN Soal Susut Energi Indonesia Dibandingkan Malaysia dan Vietnam
Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, & Bali, PT PLN (Persero), Haryanto WS mengaku susut atau daya rugi (losses) di PLN kerap menjadi sorotan terkait efisiensi penyediaan tenaga listrik. Padahal pencapaian susut energi bergantung pada jumlah konsumsi listrik per kapita.
"Kami itu kan selalu disorot soal loses dijadikan benchmark. Nah, saya ingin kasih tau nih ada enggak korelasi antara konsumsi listrik per kwh per kapita dibandingkan dengan loses," kata Haryanto dalam Webinar Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) sesuai Permen ESDM No 9 Tahun 2020, Jakarta, Selasa (23/2).
Dia menjelaskan, di negara maju, konsumsi listrik per kapita yang tinggi biasanya pencapaian susut energi relatif rendah. Sedangkan di negara berkembang, konsumsi listrik per kapita masih relatif rendah dan pencapaian susut energinya relatif tinggi.
Dia mencontohkan konsumsi listrik di Singapura yang mencapai 8.343 kwh/kapita per tahun dengan susut energi 2,02 persen. Di Brunei Darussalam, konsumsi energi mencapai 8.206 kwh/kapita per tahun dengan capaian susut energi 6,41 persen.
Malaysia konsumsi energi mencapai 4.608 kwh/kapita per tahun dengan susut energi 5,79 persen. Thailand konsumsi energi mencapai 2.669 kwh/kapita per tahun dengan susut energi 6,11 persen.
Vietnam konsumsi energi mencapai 2.250 kwh/kapita per tahun dengan susut energi 9,29 persen. Sedangkan di Indonesia konsumsi energi mencapai 1.100 kwh/kapita per tahun dengan susut energi 9,37 persen.
"Indonesia dengan konsumsi listrik 1.100 kwh/kapita per tahun masih 9,37 persen. Memiliki susut yang hampir sama dengan Vietnam yang konsumsi energinya mencapai 2.2250 kwh/kapita per tahun," kata dia.
Advertisement