Wall Street Bervariasi, Indeks Dow Jones Menguat Setelah Pernyataan Powell

Pada penutupan perdagangan wall street Selasa, 23 Februari 2021, indeks saham Dow Jones sempat melemah 360 poin, kemudian berbalik arah menguat.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 24 Feb 2021, 08:10 WIB
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street  masih cenderung beragam. Indeks Dow Jones berbalik arah menguat pada perdagangan Selasa waktu setempat .

Indeks Dow Jones mendapatkan angin segar setelah pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve Jerome Powell memberikan kabar melegakan mengenai suku bunga tinggi dan inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall streetSelasa, 23 Februari 2021, indeks saham Dow Jones sempat melemah 360 poin, kemudian berbalik arah dengan menguat 15,66 poin atau 0,1 persen ke posisi 31.537,35. Indeks saham S&P 500 juga sempat turun 1,8 persen, dan berbalik arah sehingga ditutup menguat 0,1 persen ke posisi 3.881,37.

Indeks saham Nasdaq turun 0,5 persen ke posisi 13.465,20. Indeks saham Nasdaq sempat turun 3,9 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Nasdaq sempat berada di bawah rata-rata 50 harian, pertama kali sejak 3 November 2020.

Indeks saham acuan berbalik arah setelah Jerome Powell mengatakan, inflasi masih “lemah” dan prospek ekonomi masih “sangat tidak pasti”. Hal ini mengurangi kekhawatiran akan perubahan kebijakan oleh bank sentral.

"Perekonomian masih jauh dari ketenagakerjaan dan tujuan inflasi kami, dan kemungkinan akan membutuhkan beberapa waktu untuk kemajuan substansial lebih lanjut untuk dicapai,” ujar Powell, dalam sambutan di Komite Senat Perbankan, dilansir dari CNBC, Rabu (24/2/2021).

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pernyataan Powell Angkat Sektor Saham Teknologi

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Ketakutan terhadap inflasi telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir di tengah kenaikan tajam dalam imbal hasil obligasi karena pembuat kebijakan memperdebatkan putaran bantuan ekonomi lainnya.

Investor khawatir lonjakan harga akibat stimulus bank sentral AS dapat memaksa bank sentral untuk menaikkan biaya pinjaman jangka pendek.

“The Fed fokus pada data tenaga kerja, dan tampaknya sangat bersedia menyerap inflasi lebih tinggi dan ekses di pasar keuangan yang membawa ketidakstabilan keuangan dengan harapan untuk sampai ke sana. Tapi seperti yang terlihat pada kurva imbal hasil yang panjang, pasar juga memiliki suara di sini, dan mereka berbicara dengan lantang. Mudah-mudahan pada titik tertentu pejabat the Fed akan mendengarkan,” ujar Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group, Peter Boockvar.

Di sisi lain, setelah pernyataan Powell, saham teknologi melambung . Saham teknologi sempat tertekan karena suku bunga tinggi. Saham Tesla ditutup melemah 2,2 persen setelah susut 13 persen. Saham Apple tergelincir 0,1 persen.

Sektor energi dan keuangan mencatat kinerja terbaik pada 2021. Investor mengambil posisi di sektor saham tersebut seiring mendapatkan manfaat dari pemulihan ekonomi. Sektor saham energi naik 1,6 persen. Sepanjang tahun berjalan 2021, saham energi sudah naik 1,6 persen.


Sektor Saham Siklikal Jadi Pilihan

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Chief Equity Strategist Credit Suisse, Jonathan Golub menuturkan, saham siklikal akan membawa pasar ke posisi tertinggi baru pada 2021. Ini didukung kenaikan pendapatan dan optimisme pemulihan ekonomi.

“Kenaikan suku bunga, keuntungan bagi sektor keuangan, dan harga tembaga dan minyak keuntungan bagi industri, energi dan material sehingga menambah keuntungan,” tulis Golub dalam sebuah catatan.

Credit Suisse menaikan target akhir tahun S&P 500 menjadi 4.300 dari 4.200 sebelumnya.

Sementara itu, indeks saham Russell 2000 turun 0,9 persen. Nilai saham ini telah mengungguli S&P 500 pada 2021 di tengah optimism peluncuran vaksin dan pelonggaran pembatasan kegiatan ekonomi.

“Aksi jual pada perusahaan teknologi dan perusahaan kecil yang sangat disukai dapat diartikan sebagai awal dari kegelisahan pasar. Ini tidak berarti saham berjalan sendiri, ini lebih seperti sektor siklus seperti energi dan keuangan lebih menarik. Sementara teknologi di belakang,” kata Direktur Pelaksana Perdaganan dan Investasi E-Trade.

Di sisi lain imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun meningkat tetapi bertahan stabil pada perdagangan Selasa di sekitar 1,36 persen. Imbal hasil obligasi 30 tahun menyentuh posisi tertinggi 2,2 persen pada Senin, 22 Februari 2021.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya