Israel Sumbangkan Kelebihan Vaksin COVID-19 ke Palestina

Israel menyumbangkan vaksin COVID-19 yang surplus ke Palestina dan sejumlah negara lain.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Feb 2021, 09:37 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima vaksin Virus Corona COVID-19 di Sheba Medical Center di Ramat Gan, Israel pada 19 Desember 2020. (Photo credit: Amir Cohen/Pool via AP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkata bahwa negaranya menyumbangkan vaksin COVID-19 ke Palestina dan sejumlah negara lain. Donasi vaksin ini disebut sebagai langkah simbolis.

Ashard Al-Awsat melaporkan, Rabu (24/2/2021), vaksin yang disumbangkan ke negara lain adalah hasil surplus atau kelebihan. Bulan lalu, Palestina juga sudah mendapat vaksin Moderna dari Israel.

Israel mengungkap tidak bisa menyumbangkan vaksin secara signifikan, setidaknya sebelum vaksinasi dalam negeri selesai. Selain Palestina, Honduras juga mendapat donasi.

Program vaksinasi Israel adalah salah satu yang paling gencar di dunia. PM Netanyahu sudah disuntik vaksin Pfizer,dan hampir setengah populasi Israel telah mendapat satu dosis Pfizer.

Vaksin Pfizer juga menjadi pilihan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Raja Salman dari Arab Saudi.

Israel sempat dikritik karena tidak menyediakan vaksin bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Masalah pengiriman vaksin ke dua wilayah tersebut telah dibahas antara Israel dan Amerika Serikat.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Inggris Dukung Distribusi Vaksin COVID-19 di Zona Konflik

Sebuah nampan dengan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 ditempatkan di Tokyo Medical Center, Tokyo, Jepang, Rabu (17/2/2021). Jepang memulai kampanye vaksinasi COVID-19 dengan suntikan COVID-19 pertama diberikan kepada petugas kesehatan. (Behrouz Mehri/Pool Photo via AP)

Inggris mendorong komunitas global untuk mewujudkan gencatan senjata di daerah konflik demi memudahkan akses vaksin COVID-19. Gagasan itu diberikan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab di pertemuan virtual Dewan Keamanan PBB.

Menlu Raab berkata ada lebih dari 160 juta orang yang berisiko tak mendapat vaksin COVID-19 akibat konflik, contohnya seperti di Yaman, Sudan Selatan, Somalia, dan Ethiopia.

"Membiarkan virus menyebar di daerah tanpa kampanye vaksinasi menimbulkan risiko yang lebih besar terhadap varian baru - mempertaruhkan strain baru yang kebal vaksin, dan gelombang infeksi lebih lanjut di seluruh dunia," ujar Raab di rilis resmi Kedutaan Besar Inggris, Kamis (18/2/2021).

Menlu Raab berkata distribusi vaksin COVID-19 ke zona konflik termasuk dalam upaya untuk memberikan akses vaksin yang adil. Ia berkata ada kewajiban moral untuk bertindak bersama terkait isu ini.

Gencatan senjata pernah dilakukan untuk memvaksinasi komunitas yang rentan di masa lalu. Pada tahun 2001, gencatan senjata selama dua hari di Afghanistan berhasil memberikan kesempatan kepada 35.000 pekerja kesehatan dan sukarelawan untuk memvaksinasi 5,7 juta anak balita melawan Polio.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia and Timor Leste Owen Jenkins juga menyorot pentingnya memberikan vaksin COVID-19 kepada pengungsi.

"Kami harus memastikan vaksin bisa menjangkau semua orang pada waktu yang tepat, sehingga kita memiliki peluang yang lebih baik untuk memberantas virus ini. Inggris hari ini memulai proses untuk mengamankan konsensus internasional tentang perlunya menjangkau semua orang - termasuk pengungsi dan mereka yang berada di zona konflik," ucapnya.


Hambatan Logistik

Seorang pekerja medis memegang vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di Tokyo Medical Center, Tokyo, Jepang, Rabu (17/2/2021). Jepang memulai kampanye vaksinasi COVID-19 dengan suntikan COVID-19 pertama diberikan kepada petugas kesehatan. (Behrouz Mehri/Pool Photo via AP)

Gencatan senjata sementara akan memungkinkan badan amal dan petugas kesehatan untuk memvaksinasi mereka yang tinggal di zona konflik secara aman.

Inggris juga mendorong pendanaan yang lebih banyak lagi dari badan-badan dunia seperti PBB, WHO dan Komitmen Pasar Lanjutan COVAX (AMC), yang akan mendistribusikan 1,3 miliar dosis vaksin virus corona ke negara-negara berkembang tahun ini, termasuk Indonesia.

Pada pertemuan DK PBB, Menlu Raab menggarisbawahi pentingnya menyetujui kerjasama internasional untuk menyelesaikan hambatan logistik jangka panjang demi memastikan akses yang adil, seperti penyimpanan vaksin, penundaan dalam persetujuan peraturan dan pengelolaan rantai pasokan yang kompleks.

Inggris adalah salah satu donor terbesar untuk COVAX AMC, menyediakan 548 juta poundsterling untuk skema yang diluncurkan pada KTT Vaksin Global yang diselenggarakan di Inggris pada bulan Juni 2020. Selain itu, Inggris telah menggunakan dana pendamping untuk membantu mengumpulkan 1 miliar dolar dari donor lain untuk COVAX AMC.

Raab meminta pemerintah di seluruh dunia untuk tidak melupakan siapapun saat mereka meluncurkan program vaksinasi, sehingga kelompok rentan seperti pengungsi dan orang yang tinggal di zona konflik dapat divaksinasi.


Infografis Vaksin COVID-19:

Infografis Jokowi dan Pemimpin Dunia Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya