Liputan6.com, Jakarta - Satgas Penanganan COVID-19 memberi tanggapan mengenai pengembangan vaksin corona berbasis sel dendritik yang disebut Vaksin Nusantara, serta digagas oleh Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, menyebut bahwa pemerintah terbuka bagi semua pengembangan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri.
Advertisement
"Pemerintah terbuka untuk seluruh pengembangan vaksin dalam negeri," kata Wiku, yang juga Koordinator Tim Pakar Satgas COVID-19 itu, dalam konferensi pers virtualnya pada Selasa (24/2/2021) sore.
"Dalam masa pandemi, pemerintah terus mendukung dan mengawal pengembangan vaksin yang tentu harus didasarkan pada ilmu, metode ilmiah, dan diuji di laboratorium sampai menghasilkan kandidat vaksin yang potensial," dia menambahkan.
Wiku menjelaskan, kandidat vaksin harus melalui tahapan uji praklinis menggunakan hewan percobaan untuk melihat apakah mereka aman, efektif, serta menimbulkan antibodi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Harus Jalankan Prinsip Ilmiah
Kemudian, kandidat vaksin juga harus memasuki tahap uji klinis yang dilakukan pada manusia dan melibatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Wiku menegaskan bahwa seluruh proses pengembangan vaksin COVID-19, harus dipublikasikan sesuai dengan kaidah ilmiah. "Pemerintah berharap, semua pengembangan vaksin yang ada di Indonesia, dapat sejalan dengan prinsip-prinsip ini," pungkasnya.
Vaksin Nusantara merupakan vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik autolog, yang merupakan komponen dari sel darah putih.
"Jadi dari subyek itu kita ambil darahnya, kemudian kita ambil sel darah putihnya, kemudian kita ambil sel dendritiknya," kata Yetty Movieta Nency dari Tim Peneliti Vaksin Nusantara.
Di laboratorium, sel dendritik diperkenalkan dengan virus SARS-CoV-2, sehingga membuatnya mengenal dan mengantisipasi virus, untuk kemudian disuntikkan kembali.
"Kelebihannya salah satunya pada vaksin ini, tidak ada komponen virus yang masuk lagi ke tubuh manusia. Karena yang kita suntikkan kembali adalah sel dendritik yang sudah pintar tadi," Yetty menambahkan.
Advertisement