Liputan6.com, Jakarta - Proporsi kasus kanker pada semua penduduk baik laki-laki dan perempuan di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta pada 2018 menunjukkan kanker payudara menduduki peringkat pertama dengan angka 19,18 persen.
Tak hanya di Indonesia, di negara lain pun kanker payudara acap kali masuk peringkat 5 besar bersama kanker lainnya seperti kanker paru, kolorektal, prostat, dan lambung.
Advertisement
Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SP. OG. tingginya kasus kanker payudara salah satunya disebabkan karena tidak rajin mengecek kesehatan payudara.
“Ini karena mereka (perempuan) tidak rajin cek SADARI, pemeriksaan payudara sendiri, padahal mudah sebetulnya,” ujar Hasto dalam seminar daring BKKBN, Rabu (24/2/2021).
Cara sederhana yang dapat dilakukan perempuan dalam mengecek kesehatan payudara menurut Hasto adalah dengan melihat kondisi payudara di depan cermin kemudian angkat kedua tangan. Perhatikan apakah kedua payudara simetris atau tidak.
“Kemudian diraba apakah ada benjolan, raba juga di daerah ketiak dan seterusnya karena daerah kuadran dekat ketiak 50 persen tumor payudara berasal dari sana.”
Maka jika ingin mengecek payudara memiliki tumor atau tidak perabaan kuadran di daerah ketiak bisa dilakukan, tambahnya.
Simak Video Berikut Ini
Payudara Simetris
Hasto juga menjelaskan, bentuk kedua payudara memang tidak sama persis, tapi payudara yang normal adalah payudara yang simetris.
“Kalau putingnya menghadap ke bawah ya ke bawah, kalau ke depan ya ke depan, kanan kiri searah tidak ada yang error. Nah pemeriksaan seperti ini biasanya tidak dilakukan.”
Lebih jauh, Hasto menerangkan bahwa kesehatan masyarakat sangat sangat berpengaruh pada kemajuan bangsa. Tingginya kanker payudara dan kanker lainnya di Indonesia dapat menjadi ancaman dalam tercapainya bonus demografi.
“Kita kalau ingin memanfaatkan bonus demografi harus sehat, terbebas dari kanker, produktif agar kita bisa mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan.”
Ia berharap kejadian kanker di Indonesia dapat dicegah atau diobati sejak dini. Berbagai faktor risiko pemicu kanker pun perlu dihindari dan masyarakat perlu sadar dengan gaya hidup bersih dan sehat, tutupnya.
Baca Juga
Advertisement