Indonesia Diprotes Massa Anti-Kudeta Myanmar Jadi Sorotan Media Asing

Protes massa anti-kudeta terhadap langkah indonesia untuk Myanmar disorot media asing.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Feb 2021, 09:00 WIB
Pengunjuk rasa antikudeta memenuhi jalan ketika berkumpul dekat Stasiun Kereta Api Mandalay di Mandalay, Myanmar, Senin (22/2/2021). Militer Myanmar berkata anak muda bisa ikut terprovokasi. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta- Indonesia telah mengambil langkah dalam menanggapi kudeta yang terjadi di Myanmar. Namun, rakyat Myanmar protes karena pernyataan Indonesia dianggap tidak tegas terhadap kudea militer.

Massa anti-kudeta Myanmar lantas protes atas respons Indonesia dan Kementerian Luar Negeri RI, hal itu menjadi sorotan beberapa media asing.

Media Amerika Serikat (AS), yaitu Associated Press (AP) dalam artikelnya yang berjudul "More Myanmar protests follow strike amid foreign concerns" pada Selasa (23/2) menyoroti slogan protes massa di Myanmar terhadap kudeta militer. 

Slogan itu melontarkan seruan yang berbunyi untuk Indonesia, yaitu "Teman atau Musuh. Anda pilih, Indonesia".

AP dalam laporannya mengatakan bahwa para pemrotes berkumpul di luar Kedutaan Besar RI di Myanmar sebagai tanggapan atas laporan berita bahwa Jakarta sedang mengusulkan kepada tetangga regionalnya untuk menawarkan dukungan yang memenuhi syarat terhadap rencana junta mengadakan pemilu 2022 mendatang.

Para demonstran menuntut agar hasil pemilu 2020 lalu, yang dimenangkan secara telak oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi Aung San Suu Kyi, dihormati.

“Yang saya harapkan, sebagai warga negara Myanmar, adalah berdiri dengan kebenaran. Kami tidak bisa menunggu satu tahun," ungkap seorang demonstran bernama Han Ni, seperti dilansir Associated Press, Kamis (25/2/2021).

Media lainnya yang menyoroti protes massa anti-kudeta Myanmar terhadap Indonesia adalah AFP.

Media Prancis tersebut dalam laporannya pada Selasa (23/2) menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang aktif dalam menyerukan negara-negara tetangga untuk membantu menengahi krisis yang terjadi di Myanmar, bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara.

AFP juga menyoroti Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi yang akan menjadi utusan asing pertama yang mendarat di Myanmar sejak kudeta mliter pada 1 Februari lalu.

Selain Menlu RI, utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener juga berniat mengunjungi Myanmar dalam waktu dekat.

"Mereka (orang-orang Myanmar) mengatakan saya selalu disambut 'tetapi untuk saat ini Anda tidak bisa datang' jadi ya tapi belum (berencana ke sana)," kata Burgener kepada France24.

Penyataan itu Burgener sampaikan menjelang pertemuan khusus Majelis Umum PBB di Myanmar yang dijadwalkan pada Jumat (26/2).

Load More

Saksikan Video Berikut Ini:


Sorotan Media Asia

Pengunjuk rasa antikudeta duduk di belakang poster dengan gambar pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi selama unjuk rasa di Yangon, Myanmar, Senin (22/2/2021). Meski ada peringatan dari militer Myanmar, peserta demonstrasi tidak gentar. (AP Photo)

Sementara itu, South China Morning Post menyoroti langkah Indonesia dalam artikelnya yang berjudul "Indonesia’s foreign minister cancels Myanmar visit amid outrage at purported Asean plan for new elections," pada Selasa (23/2).

Laporan itu meliput tuntutan sejumlah demonstran anti-kudeta yang menantang langkah Indonesia.

"Kami telah memilih pemimpin kami dan pemerintah kami. Harap hormati suara kami. Itu suara kami yang sebenarnya dan kami tidak membutuhkan pemilihan lagi," ujar salah satu seorang demonstran bernama Thet Htoo Aung (26).

"Tolong hargai pilihan kami. Itu benar-benar suara kami dan kami tidak berniat melakukan pemilihan lagi," tegasnya.

Demonstran lain yang bernama Zaw Myo Htet (22), menuturkan kepada This Week in Asia bahwa para pengunjuk rasa marah dengan berita rencana yang dilaporkan Indonesia.

"Alasan kami tidak menginginkan pemilu ulang adalah kami sudah menyelenggarakan pemilu yang adil dan jujur pada 2020 lalu," ujarnya.

Disebutkannya juga bahwa "Tidak ada tempat untuk kudeta militer".

Channel News Asia, menjudulkan laporannya: "Myanmar junta's top diplomat in talks with Thailand, Indonesia".

Laporan itu mengatakan bahwa Menteri luar negeri junta Myanmar mengunjungi Thailand pada Rabu (24/2) ketika kekuatan regional mencoba menengahi diakhirinya kerusuhan tiga pekan mematikan yang dipicu oleh kudeta militer.

Disebutkan, Menteri Luar Negeri Wunna Maung Lwin mengadakan pembicaraan dengan mitranya dari Thailand dan Indonesia dalam pertemuan tatap muka pertama yang diketahui antara seorang anggota senior junta dan pemerintah asing.

Pertemuan itu terjadi setelah pengumuman bahwa Menlu RI Retno Marsudi tidak akan segera mengunjungi Myanmar meskipun ada dokumen dari pihak Myanmar yang menyebutkan tentang kedatangannya.

Sebaliknya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sanrat mengkonfirmasi dalam pesan teks kepada wartawan bahwa Menlu Retno Marsudi - yang mengunjungi Bangkok - bertemu dengan Wunna Maung Lwin di Thailand, pada hari yang sama ia bertemu dengan Menlu Kerajaan Thailand Don Pramudwinai.

"Kami tidak merencanakannya tapi ya," tulis Tanee, saat menanggapi pertanyaan yang menanyakan tentang pertemuan antara ketiga menteri.

Sumber pemerintah lainnya juga menyebutkan ada "pertemuan tripartit antara Menteri Indonesia, Thailand dan Myanmar, yang diusulkan oleh Thailand".

Namun belum adanya informasi lebih lanjut terkait pertemuan tersebut.


Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya