Mantan Bos Bursa Keberatan BEI Akan Hapus Kode Broker, Kenapa?

Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta periode 1991-1996 Hasan Zein Mahmud keberatan dengan rencana BEI menghapus kode broker.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Feb 2021, 12:52 WIB
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta periode 1991-1996 Hasan Zein Mahmud menyatakan keberatan terhadap rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan menghapus kode broker dalam info running price atau transaksi berjalan.

Hasan menyampaikan sejumlah hal mengenai keberatan dengan rencana BEI tersebut. Ia menilai, bagi para traders, info para broker adalah relevan dan sensitif intormasi. "Menurunkan kualitas transparansi dan level playing field,” ujar dia, Kamis, (25/2/2201).

Hasan menambahkan, herding behavior justru bisa dikurangi bila para buzzers, pom-pom, influencers  ditampilkan di depan publik dibuat aturan tata cara dan kode etik. "Diatur dan diminta register,” ujar dia.

Selain itu, ia menilai salah kaprah jika pasar modal Indonesia menyamakan bandar market makers.

Market makers itu profesi jelas dan terang benderang. Bandar itu makhluk halus. Market makers itu registered, punya aturan, diawasi, punya kode etik. Bandar adalah pencari lobang, pembuat lobang,” ujar dia.

Ia menyampaikan sejumlah contoh mengenai obligasi yang diperdagangkan lewat market makers. Salah satunya di NASDAQ bertransaksi lewat market makers. Obligasi pemerintah (Treasuries) diperdagangkan lewat market makers. Semua primary dealers di pasar perdana wajib menjadi market makers di pasar sekunder.

“Sehingga harga surat utang pemerintah federal tersebut menjadi sangat likuid, harganya transparan dan transaksinya fair,” ujar dia.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Obati Sumber Penyakit

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia menambahkan, di NYSE ada market maker yang disebut specialist. Hasan menambahkan, specialists itu menyediakan likuiditas, bertindak sebagai traders of the last resort dan menjaga kewajaran harga.

"Jangan sekadar mengobati gejala penyakit. Obati sumber penyakit. Tantang para bandar itu menjadi spesialis di bursa. Beri fasilitas. Itu kalau mereka berani! Di negara yang well-regulated, bandar judi aja diatur, dan dibuat transparan,” ujar dia.

Hasan menuturkan, mayoritas ritel adalah traders. Sering mengambil keputusan "hanya" berdasar info di running price.

"Menghapus info tersebut ekuivalen dengan menutup mata pemain ritel saat masuk ke lapangan pertandingan. Pada saat yang sama menyembunyikan dan melindungi para Bandar,” ujar dia.

Hasan menuturkan, pasar modal Indonesia membutuhkan partisipasi masyarakat luas dalam mengembangkan dan memperdalam aktivitas bursa, tapi abai terhadap edukasi.

"Ada tiga tugas utama sebuah perusahaan broker: educate people, create market and first line filter of transaction. Tugas yang pertama itu sungguh mereka abaikan. Mengumpulkan calon nasabah, dicelotehi setengah sampai satu jam, dijamu makan siang, lalu disodori pembukaan rekening, bukan edukasi,” kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya