Sentil Perbankan, Bos BI Minta Suku Bunga Kredit Segera Turun

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berharap perbankan segera menurunkan suku bunga kredit sebagai langkah mendorong permintaan kredit pembiayaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2021, 13:40 WIB
Teller menghitung uang di salah satu kantor cabang digital Bank BNI di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Regulator dinilai perlu mengawasi transaksi digital yang terjadi di Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berharap, perbankan segera menurunkan suku bunga kredit sebagai langkah mendorong permintaan kredit pembiayaan. Sebab, Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan hingga ke level 3,5 persen pada pertengahan bulan ini.

"BI rate sudah turun 150 bps poin, deposito satu bulan sudah turun 181 bps. Tentu saja kami juga mengharapkan mendorong perbankan segera menurunkan suku bunga kreditnya. Sehingga sama-sama kita sebagai upaya bersama untuk mendorong suku bunga kredit dan mendorong kredit pembiayaan ini," ujarnya, Kamis (25/2).

Perry pun menjabarkan langkah langkah kebijakan yang sudah ditetapkan bank sentral pada 17 hingga 18 Februari lalu. Termasuk salah satunya menurunkan suku bunga acuan.

"Langkah-langkah yang kami lakukan di rapat dewan Gubernur bulanan 17 hingga 18 Februari yang lalu penurunan suku bunga ini yang terendah 3,5 persen suku bunga BI itu. Stabilisasi nilai tukar kemudian juga kebijakan untuk lebih dan kuantitas easing dengan kemudian uang muka kredit kendaraan bermotor dan berbagai hal yang kami lakukan," jelasnya.

Untuk detailnya, mengenai penurunan uang muka kredit kendaraan bermotor yang menjadi 0 persen ini sinergi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Ketua OJK Wimboh Santoso. Kementerian Keuangan kemudian mengeluarkan kebijakan PPnBM serta Bank Indonesia menurunkan kebijakan uang muka.

"Juga untuk properti kami juga longgarkan untuk kebijakan uang muka baik untuk rumah pertama, rumah kedua maupun rumah ketiga untuk semuanya bersinergi dengan KSSK mendorong permintaan dan penawaran dari kredit pembiayaan dan bersama usaha pemerintah tentu saja adalah bagaimana kita mendorong pemulihan ekonomi dari berbagai sektor," jelas Perry.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penurunan Suku Bunga Acuan BI Disebut Tak Banyak Tolong Konsumsi

Bank Indonesia (BI) meluncurkan 11 uang rupiah Emisi 2016 dengan gambar pahlawan baru. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia dinilai tidak efektif. Sebab penyesuaian suku bunga yang dilakukan perbankan justru memperlebar margin suku bunga pembiayaan.

"Suku bunga dari Bank Indonesia 3,5 persen ini tidak efektif mendorong suku bunga perbankan," kata Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad di Jakarta, Minggu (21/2/2021).

Suku bunga acuan pada Maret 2020 tercatat 4,5 persen. Lalu kebijakan suku bunga perbankan untuk konsumsi menjadi 11,47 persen.

Dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu, dan ketidakpastian yang tinggi, membuat bank sentral secara bertahap menurunkan suku bunga acuan. Hingga pada akhirnya di bulan November, suku bunga acuan turun menjadi 3,5 persen.

Sayangnya penurunan suku bunga acuan tersebut tidak direspon dengan cepat oleh perbankan. Dengan suku bunga acuan yang 3,5 persen, suku bunga konsumsi hanya turun 10,97 persen.

"Responnya (perbankan) konsumsi ini jauh lebih lambat dan selisihnya besar dan makin lambat. Saat suku bunga 4,5 persen gapenya 6,87 persen dan ketika suku bunga 3,5 persen gapenya jadi makin tinggi jadi 7,22 persen," tutur dia.

Maka, Tauhid menilai penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia tidak banyak menolong pada sektor konsumsi. Hal ini yang membuatnya menjadi pesimis dengan kebijakan relaksasi PPnBM 0 persen.

Dia khawatir kebijakan ini tidak banyak mendorong tingkat konsumsi kelas menengah sebagai target kebijakan. Sebab dari sisi perbankan juga belum bisa maksimal mendorong kebijakan yang ada.

"Jadi belum tentu kebijakan PPnBM 0 persen (efektif), karena suku bunga semakin tinggi. Kalau fiskal jalan dan sektor keuangan enggak jalan, jadi efektivitasnya enggak besar," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya