Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah mengubah pola kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun sosial. Mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa, turut merasakan ragam dampak yang ditimbulkan sejak masa krisis ini melanda hampir setahun lamanya.
Psikolog pendidikan Dinar Wukirsari, menyampaikan, hal utama menyikapi pandemi Covid-19 adalah bagaimana orang dewasa dapat menerima kondisi terlebih dahulu. Anak-anak yang hidup di antara orang dewasa yang mampu menerima, tidak hanya ada situasi khusus, tetapi ada pemikiran dan kegiatan kreatif yang bisa dilakukan pada semua aspek.
Baca Juga
Advertisement
"Saat anak-anak hidup di lingkungan orang dewasa yang bisa menerima, dia akan minim pada dampak dari pandemi. Tapi kalau tidak, akan berdampak ke anak-anak, apalagi anak-anak yang kehilangan pengasuhan," kata Dinar dalam gelaran virtual Kick Off Program 2021 HSBC Indonesia Bersama SOS Children's Villages Indonesia, Kamis (25/2/2021).
Dinar melanjutkan, baik anak-anak secara umum dan mereka yang kehilangan pengasuhan, memiliki kesamaan, yakni berdampak dari sisi sosial. Mengingat, masa pandemi Covid-19 menyebabkan pertemuan dengan orang lain selain keluarga inti, lebih terbatas, guna menekan transmisi virus corona baru.
"Yang paling kelihatan pada anak-anak itu sekolah, yang bisa kita bilang tidak perkara nilai atau pelajaran saja, tetapi sekolah membangun karakter anak," tambahnya.
Dilanjutkan Dinar, ketika karakter itu tidak bisa dibentuk di sekolah, hal tersebut yang menjadi tugas berat dari pengasuhan atau orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak.
"Sisi sosial dia menjadi anak dalam menjalankan peran sosial itu akan sulit, terutama untuk anak-anak yang di tingkat pendidikan baru, masuk SD, SMP, atau SMA," ungkapnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Emosi
Pada masa masuk tingkat pendidikan baru itu, anak-anak belum punya teman, bagaimana anak akan berkenalan dengan temannya. Hal yang terjadi adalah masa-masa pengenalan ini akan sangat sulit dijalani.
"Dampak lainnya, (anak) motivasi untuk belajar jadi sangat rendah. Saat (sekolah) virtual feel-nya berbeda dengan ketemu langsung, apalagi anak-anak sangat senang bermain," tambahnya.
Dinar menjelaskan, jika sisi sosial ini tidak difasilitasi dengan baik,nantinya akan berdampak ke emosi anak. Anak-anak akan merasa sendiri dan kesepian. Kesendirian itu berdampak jangka panjang.
"Ada rasa ketidakberdayaan, tidak mampu dan tidak tahu harus apa, jelas berdampak dari sisi psikologis," terang Dinar.
Advertisement