Liputan6.com, Jakarta Tiap kali pemerintah mengumumkan pemangkasan nilai suku bunga, dorongan untuk membeli rumah baru cenderung akan makin kuat.
Namun, pertimbangan untuk menjaga pengeluaran tetap rendah adalah pilihan lainnya agar menahan diri tidak membeli rumah. Karena itu, keputusan untuk membeli rumah atau tidak merupakan dilema yang banyak dihadapi banyak orang.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Jumat (26/2/2021), permintaan terhadap rumah baru pada tahun 2020 mencapai rekor tertingginya sejak 14 tahun terakhir.
Di sisi lain, tren ruralisasi atau perpindahan penduduk dari kota ke desa yang juga sedang meningkat di beberapa kota menyebabkan banyak properti justru tidak dihuni. Ini diterjemahkan sebagai potensi bisnis baru, yaitu jasa sewa rumah.
Dengan meningkatnya tren sewa rumah ini mungkin bisa jadi pilihan. Tapi apakah ini menjadi jawaban atas dilema itu?
Coba tanyakan pada diri Anda 3 pertanyaan berikut untuk mengetahui apakah menyewa atau membeli adalah keputusan yang harus diambil.
1. Apakah Anda Sehat secara Finansial?
Langkah pertama yang harus dilakukan ialah memastikan apakah membeli rumah merupakan sebuah pilihan.
Pasalnya anda perlu memeriksa kesehatan finansial anda pasca mengambil kredit dari bank, pengaruhnya terhadap tabungan hingga skor kredit yang dimiliki.
Andrew Dressel, Perencana Keuangan Abundo Wealth di Minneapolis mengatakan setidaknya sebelum memutuskan membeli rumah, anda perlu memiliki tabungan darurat yang aman, memiliki dana khusus untuk biaya pindah, juga memiliki skor kredit minimal 720.
Dreseel juga mewanti-wanti untuk mulai menghitung besaran biaya perawatan rumah. Termasuk hipotek dan utilitas, pajak, pemeliharaan peralatan dan halaman serta biaya pemakaian sehari-hari tidak boleh melebihi 40 persen dari gaji bulanan.
"Mereka juga perlu memastikan bahwa mereka tidak mengorbankan masa pensiun atau tujuan lain hanya untuk memiliki rumah sekarang," kata Dressel.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Ini
2. Berapa Lama Anda Tinggal di Sana?
Jika hanya berencana tinggal untuk sementara waktu, dua atau tiga tahun, para ahli menyarankan lebih baik untuk menyewa ketimbang membeli rumah baru.
"Semakin lama Anda akan tinggal, semakin masuk akal untuk membeli," kata Jay Abolofia, Perencana Keuangan bersertifikat di Lyon Financial.
Abolofia juga menyarankan untuk mulai merubah pola pikir terhadap pengaruh suku bunga hipotek yang rendah dengan dorongan untuk membeli properti baru.
Menurutnya hanya karena suku bunga rendah bukan berarti itu adalah saat yang tepat untuk membeli rumah. Begitupun sebaliknya suku bunga yang lebih tinggi tidak berarti adalah saat yang buruk untuk membeli rumah.
Advertisement
3. Berapa pengeluaran bulanan Anda?
Tidak ada gunanya terburu-buru membeli rumah sebelum memastikan bahwa uang bulanan yang didapat bukan hanya bisa menutupi cicilan rumah, tapi juga menutupi biaya transaksi hingga pemeliharaan.
"Jika Anda mampu membayar hipotek atau cicilan rumah setiap bulan, dapat mempertahankan cadangan darurat yang memadai dan berada pada titik yang tepat dalam hidup, lanjutkan dan beli," kata Noah Damsky, Analis Keuangan di Marina Wealth Advisors di Los Angeles.
Damsky menyarankan pembayaran cicilan rumah tidak lebih dari 35 persen dari pendapatan kotor. Beberpa model lain bahkan menyarankan agar rasio ini tidak lebih dari 25 persen.
Adanya stimulus dari pemerintah berupa pengurangan pajak properti, suku bunga yang rendah, ataupun insentif lainnya bukan berarti menjadi pembenaran untuk membeli properti tanpa perencanaan.
"Saya mencoba meredam ekspektasi mereka dengan menjelaskan bahwa manfaat pajak sering kali secara substansial diimbangi dengan biaya pemeliharaan tahunan sekitar 1 persen," tambahnya.
Biaya yang dikeluarkan sendiri untuk merawat rumah bisa lebih mahal. Matt Hylland, seorang perencana keuangan di Arnold dan Mote Wealth Management di Cedar Rapids, Iowa menyarankan calon pembeli rumah untuk menganggarkan 2 persen hingga 3 persen dari nilai rumah sebagai biaya pemeliharaan dan pemeliharaan.
Reporter: Abdul Azis Said