Berbagai Cara Ajinomoto Indonesia Ikut Kurangi Emisi Karbon

Salah satu upaya menuju keberlanjutan global adalah dengan mengurangi dampak terhadap lingkungan dan upaya untuk melestarikan ekosistem.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2021, 21:32 WIB
Pekerja melakukan proses pengemasan produk Ajinomoto di Pabrik Ajinomoto, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (29/11). PT Ajinomoto Indonesia terus menggenjot ekspor. Pasar yang tengah dilirik, Timur Tengah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta PT Ajinomoto Indonesia ingin ikut ambil bagian membantu pemerintah dalam menurunkan tingkat emisi karbon di Indonesia dengan mengurangi 38.500 ton CO2 (emisi karbon) pada 2020, dan menargetkan dapat mengurangi 65.000 - 70.000 ton CO2 pada tahun 2028.

Direktur PT Ajinomoto Indonesia sekaligus Factory Manager Yudho Koesbandryo, mengatakan jika salah satu upaya menuju keberlanjutan global adalah dengan mengurangi dampak terhadap lingkungan dan upaya untuk melestarikan ekosistem.

“Upaya-upaya tersebut kami terjemahkan ke dalam kegiatan pengurangan emisi karbon (CO2) per unit produksi dan pengurangan konsumsi air per unit produksi di pabrik-pabrik Ajinomoto,” ujar dia, Kamis (25/2/2021).

Yudho menjelaskan, perusahaan melakukan berbagai upaya untuk menurunkan emisi karbon seperti mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi.

“Dengan strategi ini, PT Ajinomoto Indonesia berkomitmen untuk selalu menjaga kualitas udara yang baik bagi lingkungan sekitar, dan juga turut berkontribusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan global,” jelas dia.

Menurutnya, sejak awal perusahaan tidak hanya fokus untuk memberikan kontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan dengan menyediakan berbagai menu bergizi, tetapi mereka juga berkomitmen untuk terus menghargai dan berkontribusi bagi masyarakat melalui kegiatan ASV (The Ajinomoto Group Creating Shared Value) yang berfokus pada keberlanjutan global.

Melalui ASV, perusahaan akan menyelesaikan masalah sosial yang mengarah pada penciptaan nilai ekonomi melalui kegiatan bisnisnya, dan akan melanjutkan inisiatif tersebut seiring dengan pertumbuhan bisnis.

Dia menceritakan, kontribusi perusahaan untuk pengurangan emisi karbon di wilayah Pabrik Mojokerto mendapatkan apresiasi.

“Atas tercapainya peningkatan hasil produksi MSG dari proses fermentasi, efisiensi energi pada peralatan produksi, realisasi penguatan struktur bisnis, serta pengurangan emisi karbon sejumlah 38.500 Ton CO2 dalam kurun waktu satu tahun," jelas dia.

Dia menuturkan jika Pabrik Mojokerto mendapatkan penghargaan ASV Award dari Ajinomoto Headquarter (Ajinomoto Co., Inc.) di Tokyo, Jepang.

Program Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Industri merupakan tindak lanjut dari komitmen pemerintah dalam pertemuan G20 di Pittsburgh tahun 2009 tentang Pengurangan Gas Rumah Kaca.

Penyebab utama perubahan iklim adalah meningkatnya jumlah gas rumah kaca (CO2, CH4 dan lain-lain) di atmosfer. Sebelumnya, bila tidak dilakukan gerakan pengurangan emisi di Indonesia, maka pada 2020 tercatat emisi CO2 sebesar 2.950 juta ton CO2 ekivalen.

Peningkatan emisi CO2 itu akan menyebabkan peningkatan suhu udara dan pemanasan global secara luas yang dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan perubahan iklim.

 


Tak Hanya Bermanfaat untuk Lingkungan

Kondisi hutan bakau di pesisir kawasan Marunda, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Tutupan hutan tersebut berakibat bertambahnya emisi karbon dioksida hingga 4,69 kilo ton. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Industri dan Perdagangan, Laksmi Dewanti mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengapresiasi setiap industri atau perusahaan yang berkomitmen dan telah melaksanakan upaya pengurangan emisi karbon. Seperti yang dilakukan PT Ajinomoto Indonesia.

“Upaya pengurangan emisi karbon yang dilakukan oleh Ajinomoto, pada dasarnya tidak hanya mempunyai manfaat bagi pengelolaan lingkungan hidup, melainkan juga manfaat manfaat ekonomi (efisiensi) bagi industri atau perusahaan yang bersangkutan,” kata Laksmi.

Ia menambahkan, di dalam Nationally Determined Contribution atau NDC Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk melaksanakan sistem pembangunan rendah karbon dan tangguh iklim. 

Dengan target penurunan emisi sebesar 29 persen pada 2030 dibanding emisi baseline (BaU) melalui upaya sendiri dan sampai 41 persen dengan dukungan internasional.

“Keberhasilan pelaksanaan NDC tidak hanya menjadi tanggungjawab melekat pada pemerintah tapi juga pemerintah daerah, swasta, LSM dan para pemangku kepentingan lainnya. KLHK terus mendorong itikad dan mendukung upaya pengurangan emisi karbon oleh pelaku industri, karena upaya pengurangan emisi karbon yang dilakukan tidak hanya akan memberikan manfaat bagi keberlanjutan lingkungan hidup, namun juga manfaat bagi keberlangsungan industri itu sendiri,” dia menandaskan.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya