Liputan6.com, Jakarta Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA- LAPAN) menyatakan siklon tropis di wilayah Samudera Hindia menggagalkan konvergensi (pembentukan) dan menarik angin utara dengan cepat ke selatan.
Siklon tropis ini sebelumnya disebut dapat berdampak pada pembentukan potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang.
Advertisement
Sehingga siklon tropis ini disebutkan terus bergerak menjauhi daratan di Indonesia. Akibat dorongan angin mendekati kepulauan Australia.
"Memang benar ada angin kuat dari utara dan dari barat tetapi konvergensinya belum tentu fix di atas darat. Melainkan bisa berubah - ubah dengan cepat dari darat ke laut, demikian pula sebaliknya," ujar anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) PSTA-LAPAN Erma Yulihastin kepada Liputan6.com, Bandung, Jumat, (26/2/2021).
Erma mengatakan siklon tropis yang terjadi di Samudera Hindia tidak separah pada tanggal 19 - 20 Februari 2021 lalu. Pada dua hari tersebut, curah hujan ekstrem terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) hingga Karawang.
Erma menerangkan terjadinya siklon tropis saat ini memang diperkuat oleh fenomena Cross Equatorial Northerly Surge (CENS). Namun tidak dipastikan menyebabkan konveksi di pesisir yang lama (persisten) dan meluas, karena lekas menjauh ke selatan.
"Kemudian pecah karena percepatan angin tersebut menabrak halangan gunung tapi bablas, gagal menjadi konveksi. Sementara suplai kelembaban dari Samudra Hindia tertarik cepat ke selatan seiring menjauhnya TC (tropical cyclone/siklon tropis)," kata Erma.
Erma menjelaskan kejadian itu menyebabkan konvergensi dengan angin utaraan pun gagal terbentuk di atas darat. Dalam kondisi seperti ini, prediktabilitas atmosfer memiliki level yang sangat rendah karena ketidakstabilan yang meningkat.
Dapat dipastikan ucap Erma, model - model prediksi mengalami kesulitan atau bahkan gagal dalam memprediksi atmosfer dalam rentang waktu lebih dari 12 jam.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Curah Hujan Ekstrem
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya pusat tekanan rendah (low pressure area/LPA), atau yang dikenal sebagai potensi bibit siklon tropis, di sekitar selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dua hari terakhir, dari tanggal 23 Februari 2021.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, bibit siklon ini dapat berkembang menjadi siklon tropis. Bibit siklon tersebut, katanya, diprediksi masih bertahan dan menunjukkan pergerakan ke arah barat mendekati wilayah laut di selatan Jawa Timur.
"Dengan potensi intensitas yang menguat hingga dua hari mendatang (24-25 Februari). Dalam hal ini BMKG terus memonitor perkembangan potensi bibit siklon tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan dapat menguat menjadi siklon tropis," ujar Guswanto, Rabu, 24 Februari 2021).
Guswanto menambahkan, keberadaan potensi bibit siklon tersebut cukup signifikan berdampak pada pembentukan pola konvergensi dan belokan angin. Terutama di wilayah Sumatera Selatan, Jawa, dan Nusa Tenggara. Hal itu secara tidak langsung dapat berdampak pada pembentukan potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang.
"Selain itu dapat menimbulkan potensi angin kencang di wilayah perairan dan potensi gelombang tinggi di wilayah laut bagian selatan Jawa hingga Nusa Tenggara," katanya.
Untuk prakiraan tinggi gelombang sepekan ke depan daari 24 Februari hingga 1 Maret 2021, BMKG memprediksi gelombang dengan ketinggian 4-6 meter (kategori sangat tinggi) berpeluang terjadi di Samudra Hindia barat Lampung, Samudera Hindia selatan Jawa, hingga Bali.
Advertisement