Liputan6.com, Jakarta Angka prediabetes di Indonesia mencapai 30 persen atau setara lebih kurang 30 juta orang. Prediabetes sendiri adalah kondisi antara normal dan diabetes.
Seperti disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, dalam satu tahun, 10 juta orang (10 persen) dengan prediabetes dapat menjadi pasien diabetes jika tidak ditangani dengan baik.
Advertisement
Maka dari itu, ia memberikan saran agar prediabetes tidak menjadi diabetes, salah satunya dengan menjaga pola hidup sehat.
“Sesungguhnya 30 persen orang prediabetes yang mengatur pola hidup, mengatur makanan, olahraga dan gerak badan maka dapat menjadi normal,” ujar Ketut dalam dalam seminar daring Novo Nordisk, Kamis (25/2/2021).
Dengan kata lain, tidak semua orang dengan prediabetes membutuhkan obat untuk mengembalikan kondisinya, tambah Ketut.
“Kecuali yang obesitas, indeks massa tubuh yakni berat badan per tinggi badan dalam meter kuadrat itu di atas 25 atau 30 itu baru perlu obat-obatan. Jadi yang terlalu gemuk mungkin boleh tambah obat-obatan.”
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Prediabetes Bisa Picu Komplikasi
Ketut berharap, setiap orang dengan prediabetes dapat mengatur pola hidup sehat agar menjadi normal atau setidaknya tidak menjadi diabetes.
“Tapi perlu diketahui bahwa prediabetes sendiri sudah bisa menyebabkan komplikasi walaupun (risikonya) lebih kecil dibandingkan diabetes.”
Ia menambahkan, komplikasi diabetes yang paling sering terjadi adalah rusaknya pembuluh darah, baik pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar.
“Yang kecil misalnya di retina mata yang bisa menyebabkan kebutaan, kemudian ginjal, sekarang pasien yang cuci darah mungkin di atas 50 persennya berasal dari diabetes.”
Selain berdampak pada mata dan ginjal, diabetes juga dapat memicu komplikasi di saraf. Lebih dari 50 persen pasien yang baru teridentifikasi komplikasi mengalami kerusakan saraf.
“Pasien yang baru diketahui sudah langsung sarafnya rusak kena komplikasi.”
Sedang, komplikasi pada pembuluh darah besar biasanya menyerang jantung, stroke, dan pembuluh darah kaki.
“Komplikasi ini tidak hanya menyebabkan kesakitan tapi juga menyedot biaya yang besar sekali,” tutupnya.
Advertisement