Menko Luhut Bocorkan Isi Pertemuan dengan John Kerry, Utusan Khusus Presiden AS

Luhut mengatakan, dalam pembicaraan yang berlangsung hangat tersebut, John Kerry sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Feb 2021, 15:44 WIB
John Kerry

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membocorkan pembicaraannya dengan John Kerry selaku utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk iklim yang juga mantan Menteri Luar Negeri AS.

Menurutnya, pembicaraan lewat zoom call pada Jumat pagi ini ialah terkait rencana kerja sama dalam mengatasi tantangan perubahan iklim.

"Dari pagi saya zoom call dengan Secretary John Kerry, eh spesial utusan iklim dari Presiden Joe Biden. Kami rapat zoom call membicarakan ya ini (rencana kerja sama). Jadi, bicara menyangkut masalah lingkungan," ungkap dia dalam webinar bertajuk Kemitraan Menuju Indonesia Bebas Sampah: Peresmian Fasilitas TPST3R di Kabupaten Pasuruan, Jumat (26/2/2021).

Luhut melanjutkan, dalam pembicaraan yang berlangsung hangat itu anak buah Joe Biden tersebut sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia, khususnya dalam mengatasi tantangan perubahan iklim yang kian nyata.

"Saya jelaskan, bahwa Indonesia punya program masalah lingkungan yang sangat terintegrasi. Mulai dari restorasi mangrove, kemudian sampai dari koral dan juga masalah untuk deforestasi dan sebagainya," terangnya.

Kendati demikian, Luhut tidak membagi informasi lebih lanjut terkait rencana pelaksanaan kerja sama. Termasuk juga letak wilayah yang akan menjadi percontohan kolaborasi bersama pemerintah AS.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Reporter: sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mengawal Pelestarian Ekosistem Mangrove Terakhir di Kota Makassar

Ekowisata Mangrove Lantebung, Makassar, Sulwesi Selatan. (dok. Instagram @nurulitfahh/https://www.instagram.com/p/CCGQXIKpANQ/)

Sebelumnya, Akademisi Universitas Hasanudin, M. Rijak Idrus, menyebut bahwa hanya tinggal tiga titik ekosistem mangrove yang tersisa di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yakni hanya menempati 0,03 persen dari total luas wilayah. "Deforestasi terus terjadi, terutama setelah reformasi," katanya dalam acara virtual sail to campus inisiasi Yayasan Eco Nusa, Kamis, 25 Februari 2021.

Surono Parabang, Spesialis Manajemen Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, menyebut bahwa deforestasi ini bahkan sudah menyentuh angka 70 persen. Ia menyebut bahwa setidaknya ada tiga penyebab utama pencemaran terjadi di wilayah pesisir.

Mereka adalah kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, dan kegiatan pertanian. "Jumlah penduduk meningkat berimbas pada adanya pembangunan, seperti untuk tambak," tuturnya di kesempatan yang sama.

"Karenanya, merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2009, kami akan melakukan pemisahan, di mana minimal 30 persen dari total wilayah Sulsel nantinya merupakan kawasan lindung dan 70 persen untuk kawasan pembangunan," ucap Surono.

Ia menyebut bahwa masuk dalam misi Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, yakni meningkatkan produktivitas dan daya saing produk sumber daya alam yang berkelanjutan. Nantinya, kata Surono, berkegiatan tanpa mengabaikan lingkungan ini bakal jadi bagian upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup sehat di Sulawesi Selatan.

Sementara itu, Ade Saskia Ramadia, seorang aktivis lingkungan asal Lantebung menyoroti pentingnya edukasi menjaga ekosistem mangrove, terutama bagi masyarakat pesisir. "Jangan ditebang (mangrove). Jangan buang sampah ke laut," tuturnya.

Ia kemudian sempat berbagi cerita bagaimana terjaganya ekosistem mangrove telah menyelamatkan kawasan tempat tinggalnya dari banjir rob. Juga, sekarang telah dimanfaatkan sebagai destinasi ekowisata.

"Rumah di Lantebung masih panggung. Waktu saya kecil, kalau sore dan air laut naik, taruh sandal di tangga paling bawah sudah pasti hanyut terbawa," kisahnya.


Rencana Aksi Jaga Ekosistem Mangrove

Ekowisata Mangrove Lantebung, Makassar, Sulwesi Selatan. (dok. Instagram @herwinbahar/https://www.instagram.com/p/CERUJkpHao0/)

Rijal menyebut beberapa rencana aksi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem mangrove terakhir di Kota Makassar. Pertama, penting untuk membangun kesadaran akan nilai dan manfaat mangrove.

Kemudian, bijak dalam mengolah sampah, terutama sampah plastik. "Sebisa mungkin jangan pakai plastik sekali pakai," katanya. Disusul dengan inisiatif menanam mangrove atau merestorasi lahan basah agar bisa menjalankan fungsi ekologi dengan baik.

"Dukung upaya konservasi lingkungan dan ajak masyarakat untuk berpartisipasi seluas-luasnya. Terakhir, gunakan hak politik untuk melindungi lingkungan dan mendorong agenda keberlanjutan," ucap Rijal.

Menormalkan gaya hidup ramah lingkungan, kata influencer sekaligus entrepreneur, Noviana Safitri, juga bisa dengan berbagi pemikiran itu di media sosial. "Karena penyebarannya lebih cepat (lewat media sosial), orang diharapkan bisa ikut sadar dan akhirnya menerapkan green lifestyle," ujarnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya