Saham Emiten Bank Mini Masih Terbang, Waspadai Valuasi

Saham emiten bank mini masih catatkan top gainers atau melonjak tajam pada perdagangan saham Jumat, 26 Februari 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Feb 2021, 15:43 WIB
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten bank mini masih melanjutkan penguatan menjelang akhir pekan. Bahkan saham emiten bank tersebut mencatat lonjakan tajam atau top gainers pada Jumat, (26/2/2021) di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah.

IHSG melemah 0,76 persen ke posisi 6.241,79. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,82 persen ke posisi 944,74. Sebanyak 345 saham melemah sehingga menekan IHSG. 139 saham menguat dan 159 saham diam di tempat.

Sementara itu, kenaikan harga signifikan juga membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) mencermati sejumlah saham emiten bank antara lain PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA),  PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), PT Bank Victoria International Tbk (BIVC) dan PT Bank Ganesha Tbk (BGTG).

BEI menginformasikan kalau terjadi peningkatan harga saham emiten tersebut yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).

Adapun sejumlah saham emiten bank mini yang catat top gainers antara lain saham PT Bank Bumi Artha Tbk (BNBA) naik 24,82 persen menjadi Rp 1.710 per saham, saham PT Bank Harda International Tbk (BBHI) naik 16,98 persen ke posisi Rp 1.550 per saham, saham PT Bank Artha Graha International Tbk (INPC) menguat 13,10 persen ke posisi Rp 190 per saham.

Lalu saham PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) naik 12,58 persen ke posisi Rp 358 per saham, saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) mendaki 12,57 persen ke posisi Rp 197 per saham, saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) naik 7,03 persen ke posisi Rp 1.980 per saham.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Wajib Diwaspadai

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis PT Kiwoom Securities, Sukarno Alatas menuturkan, kenaikan saham emiten bank BUKU 1 dan 2 karena tren akuisisi, potensi calon investor besar masuk dan aksi korporasi.

Hal itu memicu pelaku pasar memborong saham yang berpotensi akan diakuisisi dan rumor akan diakuisisi. Namun, Sukarno memperkirakan penguatan saham emiten bank hanya sementara dan ajang spekulasi.

"Biasanya ketika indeks sudah mulai pulih kembali dan kenaikan saham tersebut sudah tinggi. Jadi pelaku pasar bisa beralih kembali ke saham unggulan,” ujar dia.

Di tengah penguatan saham emiten bank itu, Sukarno menuturkan, hal yang perlu diperhatikan yaitu valuasi. Ia mengatakan, kadang harga saham masih bisa naik meski valuasi sudah mahal.

"Jadi untuk saham ini lebih jangka pendek dulu. Jadi saham-saham yang fundamentalnya sudah mahal dan teknikal sudah tinggi juga wajib diwaspadai,” tutur dia.

Adapun saham emiten bank mini ini antara lain bank BUKU (bank umum berdasarkan kegiatan usaha) I yang memiliki modal inti atau minimal kurang dari Rp 1 triliun. Selain itu, bank BUKU II memiliki modal inti Rp 1 triliun-Rp 5 triliun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya