Alasan Museum Jadi Tempat Aktivitas Dalam Ruangan Teraman Selama Pandemi

Risiko terinfeksi Covid-19 melalui partikel aerosol di museum jauh lebih rendah dibanding di supermarket, restoran, kantor, atau moda transportasi umum.

oleh Henry diperbarui 01 Mar 2021, 08:01 WIB
Karyawan museum berjalan menyusuri lorong Museum Vatikan saat mereka bersiap untuk buka, Vatikan, Senin (1/2/2021). Museum Vatikan kembali dibuka untuk pengunjung pada 1 Februari 2021 setelah 88 hari ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19. (AP Photo/Andrew Medichini)

Liputan6.com, Jakarta - Selama masa pandemi corona Covid-19, sebagian orang diyakini sudah merasa sangat jenuh tidak bisa keluar rumah, terutama mereka yang suka bepergian. Banyak studi merekomendasikan masyarakat sebaiknya menghindari tempat-tempat umum yang ramai untuk mencegah penularan virus corona. Tapi mungkin dengan pergi ke museum bisa jadi salah satu solusi mengatasi kebosanan.

Seperti dilansir dari laman Fox News, 26 Februari 2021, studi terbaru dari Berlin Institute of Technology (TU Berlin) di Jerman menyatakan risiko terinfeksi Covid-19 melalui partikel aerosol di museum jauh lebih rendah dibanding di supermarket, restoran, kantor, atau moda transportasi umum.

Alasannya, saat mengunjungi museum kita harus menerapkan protokol kesehatan ketat seperti memakai masker. Kemudian museum hanya terisi 30 persen dari total kapasitas. Ini menunjukkan bahwa museum menjadi yang terendah terkena paparan Covid-19 dibandingkan jenis aktivitas lainnya di dalam ruangan.

Aktivitas lainnya di dalam ruangan itu seperti bersantap di restoran, olahraga di gym, berenang di kolam renang indoor, menonton di bioskop, berbelanja di supermarket, bekerja di kantor, hingga kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Disebutkan lebih lanjut, variabel yang dipertimbangkan dalam studi tersebut adalah kualitas aliran udara, jenis aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan, serta takaran partikel aerosol yang dihirup orang di dalam ruangan.

"Yang jelas dari studi ini adalah situasi di mana banyak orang berkumpul di dalam ruangan yang terbatas. Di sana kita tidak bisa mendapatkan ventilasi yang memadai. Ini akan selalu jadi situasi yang tak menguntungkan," ujar Martin Kriegel, pemimpin studi terbaru tersebut.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Museum Masih Banyak Ditutup

Karya seni instalasi Do Not Prefent Fertility of The Mind di Museum MACAN, Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (14/2). Pameran bertajuk Masa Lalu Belumlah Berlalu menghadirkan 70 karya seni yang diciptakan sejak tahun 1980. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

 

Studi ini juga menyebutkan bahwa aktivitas seperti berbelanja makanan, ke restoran dan makan di dalam ruangan, atau olahraga di gym punya risiko penularan Covid-19 dua kali lipat daripada mengunjungi museum.

Hal itu tidak terlalu mengejutkan, karena museum biasanya memang selalu membatasi pengunjung dan punya berbagai aturan yang cukup ketat, bahkan sebelum ada pandemi.

Misalnya, situasi museum harus selalu tenang, tidak boleh makan dan minum dan tidak boleh berisik selama kita berada didalamnya. Ironisnya, sejumlah museum di beberapa negara termasuk di Eropa dan Amerika, justru banyak yang tutup sementara di masa pandemi ini.


infografis hari museum internasional

Hari Museum Internasional

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya