Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 genap satu tahun melanda Indonesia pada 2 Maret 2021. Walau demikian, penanganan wabah virus Corona tersebut dinilai masih lemah dan masyarakat pun masih belum sepenuhnya patuh menerapkan protokol kesehatan .
“Masih lemah dalam implementasi pada fase pencegahan seperti dalam screening test, tracing, dan tracking-nya serta belum siapnya masyarakat dalam mematuhi protokol COVID-19 dan menjaga jarak sosial,” ujar Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr. Adib Khumaidi, SpOT, kepada Health Liputan6.com, Minggu (28/2/2021).
Advertisement
Ia menambahkan, kondisi kapasitas tenaga kesehatan juga masih terbatas. Walaupun sudah ada peningkatan tata laksana kasus, tetapi masih terdapat keterbatasan ruang rawat.
“Hal ini perlu menjadi konsentrasi dalam penyesuaian masalah kesehatan ke depannya,” kata Adib.
Secara garis besar, Adib menyebut ada empat permasalahan pokok dalam penanganan COVID-19 di Indonesia, yakni:
-Belum kuat dan sinergisnya regulasi tentang sistem kesehatan nasional.
-Ketidaksiapan sistem kesehatan nasional dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19.
-Ketergantungan industri dan teknologi kesehatan terhadap luar negeri.
-Ketidaksiapan, kurangnya kesadaran, dan ketidakpatuhan masyarakat dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Strategi Penanganan COVID-19 Bukan Hanya Vaksinasi
Terkait vaksinasi, Adib mengatakan bahwa program tersebut bukanlah satu-satunya strategi penanganan.
Strategi lainnya seperti penguatan protokol 5M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas), penguatan tata laksana ruang dengan VDJ (ventilasi, durasi dan jarak), dan penguatan program 3T juga harus terus didukung.
“Jika semua ini bisa dilakukan dan bersinergi dengan seluruh komponen bangsa dan rakyat Indonesia, maka pandemi bisa cepat selesai.”
Protokol 5M dan tata kelola ruang merupakan bagian dari kesiapan masyarakat dalam menuju Adaptasi Kehidupan Baru (AKB). Vaksinasi bukan indikator utama dari target flattening the curve tapi merupakan salah satu bagian dari strategi 5M + VDJ + 3T, katanya.
Lebih jauh Adib menjelaskan bahwa wajah permasalahan kesehatan yang kompleks memang sudah terjadi sebelum pandemi, sehingga eskalasi sistem kesehatan dalam situasi pandemi tidak siap.
Advertisement
Yang Perlu Dibenahi
Berbagai permasalahan penanganan COVID-19 di atas perlu dibenahi, kata Adib. Terutama dalam menjamin ketersediaan vaksin.
Menurutnya, kebutuhan vaksinasi terjadi di seluruh dunia sehingga semua negara harus melakukan upaya-upaya untuk mengejar ketersediaan vaksin.
“Upaya secure doses merupakan upaya yang harus dilakukan negara untuk menjamin mendapatkan Vaksin.”
Di sisi lain, kebutuhan tenaga kerja pun perlu dipenuhi. Beberapa waktu lalu, Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 meluncurkan hotline pengaduan khusus nakes. Sejauh ini, kebutuhan-kebutuhan yang paling penting untuk dipenuhi menurut Adib adalah:
-Kemudahan akses dalam rujukan serta ketersediaan obat dan alat kesehatan.
-Deteksi dini sehingga cepat mendapatkan penanganan.
-Upaya preventif melalui penerapan standar perlindungan dokter dalam pandemi COVID-19 yang sudah ada dalam buku yang dibuat Tim Mitigasi IDI.
Adib menambahkan, saat ini belum ada data korelasi positif antara kecenderungan penurunan kasus kematian dan kesakitan nakes dengan vaksinasi. Banyak faktor-faktor lain yang juga memengaruhi, tutupnya.
Infografis 4 Tips Hindari Penularan COVID-19 Saat Musim Hujan
Advertisement