Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita di Michigan, Amerika Serikat (AS) mengalami COVID-19 usai menerima transplantasi paru ganda yang rupanya terinfeksi virus corona. Ia meninggal pada musim gugur lalu.
Dalam laporan yang dimuat di American Journal of Transplantation pada 10 Februari 2021, para dokter menulis pendonor paru awalnya dinyatakan negatif virus corona dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit tersebut.
Advertisement
Para dokter pun mengatakan, kejadian ini merupakan penularan SARS-CoV-2 dari pendonor ke penerima transplantasi pertama di AS.
Dikutip dari Huffpost pada Senin (1/3/2021), penerima transplantasi adalah pasien penyakit paru obstruktif kronik di University Hospital di Ann Arbor. Ia dinyatakan negatif COVID-19 beberapa jam sebelum transplantasi.
Sementara, pendonor adalah wanita yang meninggal karena cedera otak parah akibat kecelakaan mobil. Sampel dari tenggorokan dan hidung perempuan itu dinyatakan negatif dari virus corona.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Kondisi Memburuk Usai Transplantasi
Keluarga pendonor mengatakan, wanita itu tidak melakukan perjalanan dalam beberapa waktu sebelumnya, serta tidak mengalami demam, batuk, sakit kepala, atau diare. Dokter pun tidak mengetahui kapan pendonor terpapar. virus corona.
"Kami sama sekali tidak akan menggunakan paru-paru itu jika memiliki tes Covid yang positif," kata Daniel Kaul, direktur Michigan Medicine’s Transplant Infectious Disease Service, yang juga menulis di laporan tersebut.
"Semua skrining yang biasanya kami lakukan dan bisa dilakukan, telah kami lakukan," ia menambahkan.
Tiga hari setelah operasi, penerima transplantasi paru mengalami demam yang memburuk, tekanan darah rendah, serta masalah pernapasan. Ia juga mengalami syok septik dan masalah fungsi jantung.
Pemeriksaan sampel hidung dan tenggorokan menyatakan ia negatif virus corona. Namun, sampel pernapasan bagian bawah mengungkapkan ia positif COVID-19.
Advertisement
Tertular dari Donor Paru
Mengutip Live Science, genetic sequencing yang dilakukan mengungkapkan bahwa virus corona yang menginfeksi penerima dan pendonor identik. Ini mengonfirmasi bahwa penerima transplantasi tertular dari pendonor paru.
Dokter bedah, yang melakukan prosedur transplantasi, juga jatuh sakit empat hari kemudian. Pemeriksaan menunjukkan dokter itu juga terinfeksi virus yang hampir identik, dan kemungkinan tertular dari material yang keluar dari paru-paru pendonor selama operasi.
Penerima donor paru tersebut mengalami kegagalan multi organ dan meninggal dua bulan kemudian, meski telah menjalani perawatan.
Para penulis laporan itu mengatakan, pusat transplantasi dan organisasi penyediaan organ harus melakukan tes SARS-CoV-2 pada spesimen saluran pernapasan bagian bawah, dari calon donor paru.
Selain itu, fasilitas transplantasi harus mempertimbangkan peralatan pelindungi yang lebih baik, bagi petugas kesehatan yang terlibat dalam pengadaan dan transplantasi paru.
Infografis Waspadai 3 Gejala Khusus Covid-19 pada Lansia
Advertisement