Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte serta Menteri Kesehatan Francisco Duque III tidak akan memakai vaksin COVID-19 merk Sinovac. Alasannya, Filipina melarang warga usia 60 tahun ke atas untuk memakai Sinovac.
Filipina baru mendapat donasi Sinovac dari China pada Minggu kemarin (28/1).
Baca Juga
Advertisement
"FTD (Fransisco T. Duque) tidak akan divaksinasi dengan Sinovac sebagaimana ketentuan EUA (emergency use authorization) tidak menyertakan usia 60 tahun ke atas," ujar pihak Kemenkes Filipina seperti dikutip Inquirer, Senin (1/3/2021).
Sementara itu, usia Presiden Duterte juga sudah 75 tahun, sehingga tidak akan memakai Sinovac.
Kemenkes Filipina berkata akan memprioritaskan petugas kesehatan garis depan pada vaksinasi tahap pertama ini.
Presiden Duterte menyambut baik kedatangan vaksin Sinovac dari China dan menyampaikan apresiasi. Meski demikian, pemerintahan Filipina juga ingin mendatangkan vaksin COVID-19 dari Eropa.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, total kasus COVID-19 di Filipina mencapai 576 ribu. Filipina adalah negara kedua di Asia Tenggara dengan kasus tertinggi setelah Indonesia.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Filipina Tak Sarankan Sinovac untuk Tenaga Medis
Sebelumnya dilaporkan, Filipina telah menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19 produksi Sinovac, namun juga menyorot rendahnya efikasi vaksin itu kepada tenaga medis.
Menurut Badan Makanan dan Obat-obatan (FDA) Filipina, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (22/2/2021), data uji coba tahap akhir menunjukkan vaksin Sinovac memiliki kemanjuran yang lebih rendah ketika digunakan untuk tenaga medis yang terpapar COVID-19 dibandingkan dengan orang sehat berusia 18 hingga 59 tahun, menurut Kepala FDA Filipina, Rolando Enrique Domingo.
Filipina diketahui memiliki sekitar 1,4 juta tenaga medis.
"Menurut para ahli kami, vaksin (Sinovac) bukanlah vaksin terbaik untuk mereka (tenaga medis)," sebut Domingo dalam sebuah briefing.
Domingo mengutip hasil uji klinis CoronaVac Sinovac di Brasil, Turki dan Indonesia.
CoronaVac adalah kandidat ketiga yang mendapatkan persetujuan darurat untuk digunakan di negara Asia Tenggara dengan populasi lebih dari 108 juta jiwa itu.
Advertisement