Liputan6.com, Teheran - Iran pada Minggu 28 Februari menolak tawaran untuk bernegosiasi langsung dengan Amerika Serikat dalam pertemuan informal yang diusulkan oleh Uni Eropa.
Tujuan yang dimaksudkan oleh Uni Eropa yaitu untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang sempat tak dilanjutkan oleh mantan presiden Donald Trump tiga tahun lalu.
Advertisement
Dikutip dari laman New York Times, Senin (1/3/2021) juru bicara kementerian luar negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan bahwa tindakan yang diambil oleh Washington dan Eropa datang di "waktu yang tidak tepat" untuk mengadakan pembicaraan semacam itu.
Pernyataannya datang beberapa hari setelah Presiden Joe Biden memerintahkan serangan balasan terhadap milisi yang didukung Iran di Suriah timur yang terkait dengan serangan baru-baru ini terhadap personel Amerika dan sekutunya di Irak.
"Tidak ada perubahan dalam posisi dan tindakan Amerika," kata Khatibzadeh dalam pernyataan kementerian luar negeri.
"Pemerintahan Joe Biden belum mengesampingkan kebijakan tekanan dari Trump, juga belum mengumumkan komitmennya di bawah kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh Trump."
Biden mengatakan, Amerika Serikat akan kembali ke kesepakatan sebelumnya jika Iran kembali berkomitmen pada aturan yang beberapa tahun lalu telah ditandatangani. Iran telah menuntut AS mencabut semua sanksi terhadapnya, dan baru-baru ini mengambil langkah untuk meningkatkan pengayaan uranium dan membatasi akses oleh pengawas internasional ke situs nuklirnya.
Kebuntuan itu mendorong penandatangan kesepakatan Eropa untuk menyarankan pertemuan informal di mana Amerika akan hadir sebagai tamu dan kedua belah pihak akan mendapat kesempatan untuk terlibat secara langsung.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Berikut Ini:
Kekecewaan Pihak AS
Secara pribadi, para pejabat Amerika Serikat telah menyatakan keyakinannya bahwa pertanyaan mengenai waktu dapat diselesaikan di waktu mendatang.
Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat "kecewa" dengan penolakan Iran atas ajakan diksusi tersebut tetapi ia mengatakan; "kami tetap siap untuk terlibat kembali dalam diplomasi."
Henry Rome, seorang analis senior mengatakan, keputusan Iran sebagian mencerminkan keinginan para pemimpinnya untuk terlihat tangguh dalam menghadapi tekanan AS.
Advertisement