Simak Kumpulan Hoaks Seputar Vaksin Covid-19

Berikut hoaks seputar vaksin Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Mar 2021, 21:00 WIB
Petugas medis menunjukkan jarum suntik dan vaksin Covid-19 di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (9/2/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi Sinovac untuk tenaga kesehatan di atas 60 tahun setelah BPOM mengeluarkan izin penggunaan vaksin untuk lansia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta- Informasi hoaks seputar vaksin Covid-19 masih beredar di tengah program vaksinasi yang sedang berjalan. Hoaks tersebut pun harus terus diberantas agar tidak menyesatak masyarakat karena percaya pada informasi yang salah.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah memberantas informasi hoaks seputar vaksin Covid-19, berikut  hoaks seputar vaksin Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com:

1.  Wabup Nganjuk Tetap Positif Covid-19 Meski Sudah 2 Kali Vaksin

Beredar di media sosial kabar postingan soal Bupati Nganjuk yang positif covid-19 meski sudah dua kali divaksin. Postingan tersebut ramai dibagikan sejak awal pekan ini.

Salah satu akun yang mengunggahnya bernama Rafie Rabbani. Dia mempostingnya di Facebook pada 22 Februari 2021.

Dalam postingannya terdapat cuplikan layar berita terkait Wabup Nganjuk yang positif covid-19 setelah divaksin dua kali. Namun ia menambahkan narasi:

"Sekali lagi dapet piring..Anggaran penanggulangan covid19 tembus 1000 Trilyun, Kenapa harus vaksin wkwkwk ?Klu hasil akhirnya Herd Imunity juga...?Data menunjukkan...Cuma punya 3 Pilihan ketika anda di vaksin

1. Positif Covid

2. Resiko Tertular

3. Mati"

Selain itu ada juga akun Rap Faiqa Hamda yang menuliskan postingan pada 23 Februari 2021 dengan narasi:

"Ramai positif setelah dienjus vaksin. Alasannya, wajar. Karena belum dapat suntikan kedua. Eh sekarang, Wabup Nganjuk malah jadi positif juga setelah dua kali divaksin. Maka, jika hati telah tertutup, selalu banyak alasan membela produk penghasil cuan dan iklan. Mudah-mudahan umat disadarkan. Diselamatkan. Shalaallahu alaa Muhamamad"

Lalu benarkah Wabup Nganjuk atau seseorang bisa positif covid-19 karena divaksin covid-19? Simak penelusurannya di sini.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, postingan yang menyebut seseorang bisa positif covid-19 karena divaksin covid-19 adalah tidak benar.

 

2. Puluhan Wartawan Terkapar Usai Divaksin Covid-19

Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai berisi kabar soal puluhan wartawan terkapar setelah menjalani vaksinasi covid-19. Pesan berantai tersebut ramai dibagikan pada akhir pekan itu.

Dalam pesan berantai tersebut juga menjelaskan beberapa poin terkait penyebab kondisi wartawan yang terkapar usai vaksinasi covid-19. Berikut isi pesan berantai tersebut selengkapnya:

"Teman-teman, barusan saya ditelepon jubir Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmidzi. Atas izin Banghab, punten saya menyampaikan pesan beliau ya:dr Nadia melapor hari ini puluhan wartawan terkapar setelah divaksin. Ada yang pusing keliyengan dan mual-mual sampai pingsan.Kemenkes kemudian langsung gerak kan, dan mereka dibawa ke RS untuk diobservasi. Dicek di sejumlah rumah sakit dan ditemukan sejumlah penyebab terkait ini:

1. Banyak wartawan begadang, tidur di atas jam 22. Hal ini sangat berpengaruh ke metabolisme tubuh seseorang  yang mau divaksin. Ini juga berpengaruh ke tensi dan kadar darah seseorang. Bahkan ada yang ditensi sampai 160 atau 170. Jadi, buat temen temen yang 2 pekan lagi terima suntikan kedua, ataupun temen temen yang akan divaksin pertama DIMOHON UNTUK TIDAK BEGADANG sehari sebelum vaksinasi ya..

2. Banyak wartawan tidak sarapan proper.Keinginan cepat datang dan cepat selesai membuat banyak wartawan tidak sarapan dengan baik. Jenis sarapannya juga tidak bergizi dan ini juga sangat berpengaruh ke kondisi tubuh, terutama rendahnya GULA DARAH. Kebanyakan dari mereka yang terkapar ketika diinfus di rumah sakit beberapa jam kemudian langsung pulih. Jadi, mohon dibantu teman-teman untuk TIDAK LUPA SARAPAN PAGI yan proper ketika mau divaksin ya

3. Banyak wartawan ketakutan dan cemas saat mengantre

Hal ini juga memperparah kondisi tubuh seseorang. Dengan beban psikologis yang berat membuat sistem kekebalan tubuh menurun. Sementara kandungan SInovac mengharuskan kita untuk siap dari sisi tersebut. Hal ini selaras dengan data KIPI 64 persen peserta vaksinasi stres dan membuat mereka merasakan efek samping. Jadi, saran dari Bu Nadia adalah tetap kalem dan stay positif saat proses tersebut ya..

Demikian pesan dari beliau, kalaupun ada efek yang 1-2 hari ini masih dirasakan, seperti yang disampaikan Banghab silakan lapor ke kantor ya manteman...Terimakasi banyak teman teman"

Lalu benarkah puluhan wartawan terkapar usai divaksinasi covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Pesan berantai yang menyebut puluhan wartawan terkapar usai vaksinasi covid-19 adalah tidak benar.

Pesan berantai tersebut bukan berasal dari  Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi.

 

3. Foto Ini Bukan Efek Samping Vaksin

 

Klaim efek samping Vaksin Moderna.

Salah satu pengguna akun Band, media sosial di Korea Selatan, Last Time mengunggah dua buah foto pria dengan wajah bengkak-bengkak. Foto itu diklaim sebagai orang yang terkena efek samping dari Vaksin Moderna.

Akun itu mengunggah foto dua pria yang diklaim terkena efek samping Vaksin Moderna pada 28 Januari 2021. Begini narasi yang dia buat untuk unggahannya:

"Kebenaran yang mengerikan dari Vaksin Moderna."

Unggahan itu juga disertai dengan laporan berjudul: "Vaksin Moderna Covid-19 Menyebabkan Monsterisme". Kemudian, sebagian isi artikel tersebut, yakni:

"Vaksinasi Covid-19 Moderna, yang disetujui oleh Food & Drug Administration (FDA) pada 18 Desember, dapat menyebabkan penerima mengalami efek samping yang jarang tetapi berpotensi mematikan - Monsterisme, penyakit degeneratif yang merusak korban dengan kelainan fisik dan mental."

Lalu, benarkah dua pria dalam foto itu terkena efek dari Vaksin Moderna? Simak peneusurannya di halaman berikut.

Klaim foto dua pria terkena efek samping Vaksin Moderna merupakan informasi yang salah. Dua foto itu sudah berada di internet sebelum pandemi covid-19 melanda di seluruh dunia dia awal tahun 2020.

Foto pertama diambil pada 2007 di Brasil, sedangkan foto kedua terjadi di Filipina pada 2019. Kedua foto itu mengalami pembengkakan wajah karena penyakit misterius yang diawali dari sinusitus.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Video Berikut


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya