Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Bradford Royal Infirmary, Inggris, Dr. John Wright, mengatakan bahwa COVID-19 bisa menjadi penyakit endemik seperti flu yang muncul di masyarakat secara berkala, dan orang mengalaminya lebih dari sekali.
“Beberapa virus seperti flu adalah ahli penyamaran, bermutasi dengan cepat untuk menghindari deteksi dari pengawasan kekebalan kita,” kata Wright mengutip BBC, Senin (1/3/2021).
Advertisement
“Virus lain seperti flu biasa dan virus Corona endemik lainnya, memiliki 'wajah' yang mudah dilupakan yang memudar dari memori kekebalan kita dan kembali mengunjungi kita tahun demi tahun,” tambahnya.
Wright meninjau penelitian ahli lain, Susan Hopkins dari Imperial College London, yang menemukan bahwa orang yang sempat terinfeksi COVID-19 berpotensi mengalami infeksi ulang. Dengan kata lain, penelitian tersebut menyoroti bahwa infeksi sebelumnya tidak mencegah risiko penularan virus di masa mendatang.
Studi ini juga menemukan bahwa beberapa orang kehilangan antibodi mereka dengan sangat cepat, sementara yang lain kehilangannya lebih lambat dari waktu ke waktu.
“Hasil ini mungkin menjadi jawaban dari apa yang terjadi pada antibodi kita setelah mendapat vaksin, dan karenanya menjadi lebih jelas bahwa kita tidak mungkin mencapai nol COVID,” kata Wright.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Analogi COVID-19
Lebih jauh, Wright menganalogikan COVID-19 sebagai kejadian bencana kebakaran hutan. Di mana gelombang pertama sebagai kebakaran hutan yang meluas ke berbagai wilayah.
Setelah menyebar, lama-kelamaan sebaran api tersebut mengecil menjadi api unggun. Seiring berjalannya waktu, api unggun itu kemudian berubah menjadi bara-bara api.
Terakhir, bencana tersebut akhirnya hanya menyisakan asap diikuti oleh kebakaran-kebakaran kecil yang masih terjadi.
“Satu analogi yang digunakan meramalkan (pandemi COVID-19) adalah kebakaran hutan. Saat ini dari kasus-kasus menjadi api unggun, kemudian tumpukan bara yang membara, dan setelah itu hanya asap - diikuti oleh kebakaran kecil yang muncul.”
Ia juga menyimpulkan, infeksi atau vaksinasi sebelumnya belum tentu melindungi diri dari infeksi kedua atau infeksi selanjutnya.
“Ini mungkin menjadi ciri kehidupan, seperti flu musiman,” pungkasnya.
Advertisement