Khofifah Sebut Angka Kematian Ibu dan Bayi Surabaya 5 Besar Jatim, Ini Respons Eri Cahyadi

Eri mengungkapkan, setiap masukan dari pihak mana pun akan menjadi bagian kesempurnaan untuk melakukan kolaborasi untuk menyelesaikan bersama.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 01 Mar 2021, 20:07 WIB
Calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyoroti angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Surabaya. Khofifah ingin ada upaya percepatan dan intervensi detail yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya terkait Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Khofifah mengungkapkan bahwa salah satu PR dari Pemerintah Kota Surabaya adalah menurunkan AKI dan AKB di Kota Surabaya yang masih tinggi karena berada di posisi lima besar.

"Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Surabaya harus intervensi secara detail dan mungkin dengan sinergitas yang lebih komprehensif," ujarnya usai Serah Terima Jabatan (Sertijab) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dan Armudji di Gedung DPRD Kota Surabaya, Senin (1/3/2021).

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku memang ada kematian ibu dan bayi di Surabaya. Namun dia mempertanyakan apakah ibu dan bayi tersebut merupakan warga asli Surabaya atau waktu empat bulan usai kandungannya datang ke Surabaya dan mengurus atau pindah menjadi KTP Surabaya.

"Dan selalu saya katakan. Apakah itu sempurna datanya, tidak pernah sempurna. Pemerintah Kota juga tidak sempurna. Provinsi juga mungkin nggak sempurna. Tapi apa yang dicatat dari Bu Gubernur tadi adalah bagaimana sinergi," ujarnya.

Eri mengungkapkan, setiap masukan dari pihak mana pun akan menjadi bagian kesempurnaan untuk melakukan kolaborasi untuk menyelesaikan bersama.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Siap Kolaborasi

"Kalau buat saya, kesempurnaan itu atau masukan dari pihak manapun itu yang akan menjadikan kesempurnaan kita. Jadi apa yang bisa kita kolaborasikan, apa yang bisa kita selesaikan. Kalau Surabaya dikatakan paling sempurna, nggak ono mas (nggak ada). Kekurangan itu pasti ada," ucapnya.

"Tadi Bu Gubernur menyampaikan oh, IPM-nya tinggi ada yang disini. Buat contoh sister city. Mungkin kekurangannya disini. Itulah kehidupan di dunia. Pasti onok kurange (pasti ada kurangnya). Tapi bagaimana kita bisa menerima, bagaimana kita bersinergi, bagaimana saya bisa kolaborasi dengan semuanya. Insya Allah kalau sinergi, selesai semuanya," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya