Liputan6.com, Yerevan- Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa dia akan siap untuk mengadakan pemilihan parlemen lebih cepat jika oposisi setuju dengan kondisi tertentu.
Keputusan itu dikeluarkan ketika ribuan orang yang melakukan protes di jalan-jalan Yerevan pada Senin (1/3) di tengah krisis politik yang melanda Armenia.
Advertisement
Pashinyan, yang telah menjabat sebagai PM Armenia sejak 2018 - menghadapi krisis setelah pekan lalu tentara menuntutnya untuk mengundurkan diri, mendorongnya untuk menentang upaya kudeta dan berupaya memecat jenderal tertinggi militer.
Saat berbicara di depan ribuan demonstran, Pashinyan mengusulkan diadakannya referendum pada bulan Oktober mendatang untuk mengadopsi konstitusi baru.
Ia juga menuturkan bahwa pemilihan cepat kemungkinan dapat dilakukan dalam kondisi tertentu.
Pashinyan telah menyarankan faksi parlemen menandatangani sebuah memorandum yang berjanji untuk tidak memilih orang lain sebagai perdana menteri Armenia jika dia mundur, dan membuka jalan bagi pemilihan awal.
"Jika oposisi parlemen menyetujui pemilihan awal, kami akan menyetujui pemilihan awal," kata Pashinyan kepada para demonstran, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (2/3/2021).
"Mari kita pergi ke tempat pemungutan suara dan lihat pengunduran diri siapa yang dituntut rakyat," ujarnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Berikut Ini:
Protes Warga Armenia Soal Kemunduran dalam Pertempuran Nagorno-Karabakh
Pashinyan telah menghadapi protes dan seruan untuk mundur sejak November 2020 lalu, ketika dia menyetujui gencatan senjata yang ditengahi Rusia yang menghentikan enam pekan pertempuran antara etnis Armenia dan pasukan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Ia kemudian mengaku melakukan kesalahan dan meminta maaf, namun menolak untuk mengundurkan diri.
Robin Forestier-Walker dari Al Jazeera, melaporkan dari Yerevan bahwa pihak oposisi "sangat vokal dan sangat baik" dalam menampilkan dan mengendalikan pesan.
"(PM) Pashinyan, dan pemerintahnya serta pendukungnya di parlemen mungkin membiarkan pihak mereka kehilangan kesempatan agar pesan mereka didengar," katanya.
Forestier-Walker juga mengatakan bahwa rapat umum pada Selasa (2/3) adalah cara pemerintah Armenia untuk menunjukkan bahwa mereka masih memiliki dukungan kuat di antara warga-warganya.
Advertisement