Deteksi Dini Bisa Turunkan Angka Morbiditas dan Mortalitas Akibat Hipertensi, Ini Kendalanya

Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat memperburuk perjalanan COVID-19 sehingga diperlukan suatu kewaspadaan khusus tentang hal ini.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Mar 2021, 09:00 WIB
Hipertensi. (Foto: rawpixel from Pixabay )

Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat memperburuk perjalanan COVID-19 sehingga diperlukan suatu kewaspadaan khusus tentang hal ini.

Sekretaris Jenderal InaSH, dr. Eka Harmeiwaty, SpS, mengatakan bahwa upaya deteksi dini dapat menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat hipertensi.

“Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi perlu dilakukan deteksi dini pada kelompok usia dewasa yang berumur 18 tahun ke atas,” ujar Eka mengutip keterangan pers, Selasa (2/3/2021).

Namun, tambahnya, kadang di lapangan terdapat kendala dalam menegakkan diagnosis pasti hipertensi karena dari hasil pengukuran ada kategori lain yaitu white coat hypertension (hipertensi jas putih) dan masked hypertension (hipertensi terselubung).

“Hipertensi jas putih sering ditemukan pada pasien hipertensi derajat 1 (tekanan darah diastolik 140-159 dan atau tekanan sistolik 90-99 mmHg) pada pemeriksaan di klinik, tapi pada pengukuran di rumah, tekanan darah normal.”

Pengobatan pada individu dengan jenis hipertensi jas putih tidak perlu dilakukan, katanya. Namun perlu pemantauan jangka panjang karena berisiko terjadi hipertensi di kemudian hari.

“Prevalensinya diperkirakan 2,2–50 persen dan sangat dipengaruhi oleh cara pengukuran di klinik,” lanjutnya.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Video Berikut Ini


Hipertensi Terselubung

Sebaliknya, lanjut Eka, hipertensi terselubung menunjukkan tekanan darah normal saat diperiksa di klinik, tapi pengukuran di luar klinik hasilnya menunjukkan tekanan darah yang meningkat.

Dari berbagai studi, prevalensinya adalah 9-48 persen. Hipertensi terselubung ini mempunyai risiko tinggi kerusakan organ.

“Untuk mengetahui hipertensi jas putih dan hipertensi terselubung dibutuhkan pemeriksaan tekanan darah di rumah yang selanjutnya disingkat dengan PTDR.”

“Di tengah pandemi PTDR ini sangat bermanfaat , karena sebagian pasien enggan ke rumah sakit terutama pasien lanjut usia (lansia). Hasil PTDR bisa dikonsultasikan kepada dokter yang merawat secara online baik via media sosial atau telemedicine.”

PTDR ini disarankan pada pasien hipertensi terutama bagi pasien hipertensi dengan gangguan ginjal, diabetes, dan wanita hamil dan juga pasien dengan kepatuhan pengobatan yang buruk, jelasnya.


Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya