Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Warren Buffett mengaku bukan penggemar obligasi meski terjadi kenaikan imbal hasil baru-baru ini. Secara historis, imbal hasil obligasi tetap rendah.
"Obligasi bukanlah tempatnya hari ini,” tulis dia dalam surat tahunannya seperti dilansir dari CNN, ditulis Selasa (2/3/2021).
Advertisement
Warren Buffettmenambahkan, hasil obligasi bertenor 10 tahun berada di kisaran 1,46 persen, sedangkan pada 1981 di kisaran 15,8 persen.
"Di negara-negara besar dan penting, seperti Jerman dan Jepang, investor memperoleh keuntungan negatif atas triliunan dolar AS dari utang negara. Investor pendapatan tetap di seluruh dunia, baik dana pensiun, perusahaan asuransi dan pensiunan hadapi masa depan suram,” ujar Buffett.
Ia juga mengklaim kalau perusahaan investasinya Berskhire Hathaway memakai dana tunai untuk membeli kembali sahamnya sendiri. Perusahaan menghabiskan dana USD 24,7 miliar untuk kembali membeli saham.
Sejumlah investor menilai Berkshire dapat memakai dana kas untuk pemakaian lebih baik. Berskhire mencatatkan kas USD 138 miliar dalam bentuk tunai pada akhir 2021. Berkshire dapat menggunakannya untuk melakukan lebih banyak akuisisi.
"Kami sama sekali tidak berpikir saham Berkshire harus dibeli kembali dengan harga berapa pun," ujar dia.
Warren Buffettmenilai, CEO AS memiliki catatan kurang baik untuk memakai dana perusahaan terutama untuk pembelian kembali saham. Mereka membeli kembali saham saat harga naik dari pada saat turun. “Pendekatan kami justru sebaliknya,” ujar dia.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pendekatan Investasi yang Lebih Sabar
Namun, beberapa orang bertanya-tanya, Buffett telah kehilangan sentuhan midasnya. Saham Berskhire Hathaway hanya naik 11 persen selama setahun terakhir dibandingkan keuntungan hampir 23 persen untuk S&P 500.
Perusahaan juga telah tertinggal di pasar lebih luas selama lima tahun terakhir, meski menjadi investo utama di Apple.
Buffett membela strategi perusahaan yang dilakukan Berskhire. Ia menggambarkannya seperti restoran klasik. “Di Berkshire kami telah menyajikan hamburger dan coke selama 56 tahun. Kami mengharga pelanggan yang tertarik dengan tarif ini,” tulis dia.
Meski pun Buffett terjun ke saham teknologi seperti Apple dan Amazon baru-baru ini, sebagian besar investasi Berkshire berada pada saham yang pertumbuhannya lebih lambat seperti Chevron, Verizon, American Express, dan Coca Cola.
Dengan kata lain, jangan berharap Buffett mulai berinvestasi seperti saham GameStop dan Tesla.
"Puluhan juta investor dan spekulan di Amerika Serikat dan di tempat lain memiliki beragam pilihan ekuitas yang sesuai dengan selera mereka. Mereka akan menemukan CEO dan pakar pasar dengan ide-ide yang menarik," ujar dia.
"Banyak dari investor itu, saya harus menambahkan, akan melakukannya dengan cukup baik,” ia menambahkan.
Akan tetapi, Buffett menekankan pendekatan investasi lebih sabar. "Yang dibutuhkan hanyalah perjalanan waktu, ketenangan batin, diversifikasi yang luas, meminimalkan transaksi dan biaya," ujar dia.
Advertisement