Gunung Sinabung Masih Status Siaga Meski Sudah 13 Kali Keluarkan Awan Panas Guguran

Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (2/3/2021).

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 02 Mar 2021, 11:33 WIB
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (2/3/2021) pada pukul 07.15 WIB. Jarak luncur 4.500 meter ke arah tenggara timur dan tinggi kolom abu 5.000 meter. (Foto: Dok. PVMBG)

Liputan6.com, Bandung - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (2/3/2021). Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga pukul 08.20 WIB telah terjadi 13 kali kejadian awan panas guguran.

Kepala PVMBG Andiani menyebutkan, sejak pagi tadi pukul 06.42 WIB terjadi rangkaian awan panas guguran dengan jarak luncur 2.000 hingga 5.000 meter ke arah tenggara timur, disertai kolom asap setinggi 4.000 hingga 5.000 meter dari tubuh aliran awan panas guguran. Namun status Gunung Sinabung tetap pada level III atau siaga.

"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental hingga 2 Maret 2021, dinilai tingkat aktivitas vulkanik Gunung Sinabung masih pada level III atau siaga," tutur Andiani dalam keterangan tertulis, Selasa (2/3/2021).

Lebih jauh Andiani menjelaskan, Gunung Sinabung mengalami erupsi tidak menerus sejak tahun 2013. Karakter erupsi berupa letusan eksplosif disertai dengan pembentukan kubah lava di bagian puncak. Tingkat aktivitas level III atau siaga diberlakukan sejak 20 Mei 2019.

Jenis gempa yang terekam selama Januari hingga Maret 2021 cukup beragam berupa gempa letusan atau erupsi, gempa awan panas guguran, gempa guguran, gempa embusan, tremor non-harmonik, gempa tornillo, gempa low frequency, gempa hybrid/fase banyak, gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, gempa tektonik, dan getaran banjir.

Andiani menyebutkan, rangkaian kejadian awan panas guguran pada 2 Maret 2021 merupakan karakter erupsi Gunung Sinabung yang telah terjadi beberapa kali sejak 2013.

"Mekanisme kejadian awan panas guguran diakibatkan oleh adanya pembentukan kubah lava di bagian puncak, kemudian diikuti oleh adanya migrasi fluida seperti batuan padat, cairan, dan gas ke permukaan yang mendorong kubah lava. Migrasi fluida ini diindikasikan oleh jumlah gempa-gempa low frequency dan hybrid yang tinggi," paparnya.

Berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan hingga 2 Maret 2021 pukul 9.00 WIB menunjukkan fluktuasi dalam pola yang masih tinggi, tetapi tidak ada indikasi peningkatan potensi ancaman bahaya.

Terkait potensi bahaya yang masih terjadi, Andiani menyampaikan beberapa hal. Pertama, erupsi eksplosif masih berpotensi terjadi. Namun, ancamannya hingga saat ini masih berada pada radius rekomendasi pada level III.

Untuk kejadian awan panas guguran, awan panas letusan dan guguran batuan atau lava pijar berpotensi terjadi, seiring dengan pertumbuhan kubah lava di bagian puncak. Ancaman bahaya sebaran material awan panas guguran, dan guguran batuan meliputi sektor selatan, timur hingga tenggara dalam radius 4-5 km, sedangkan sebaran material erupsi berukuran abu bisa terbawa lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

Kemudian, lahar berpotensi terjadi di lembah-lembah sungai yang berhulu di Gunung Sinabung terutama akibat curah hujan yang tinggi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Pakai Masker Jika Hujan Abu Turun

Seorang petani menyemprotkan cairan pestisida pada tanaman saat unung Sinabung memuntahkan abu ke langit, seperti terlihat dari Karo, Sumatera Utara, Selasa (2/3/2021). Gunung Sinabung, Sumatera Utara, memuntahkan awan panas pada pukul 07.11 WIB, Selasa (2/1/2021). (AFP/Bahari Tarigan)

PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah di relokasi, di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius 4 km untuk sektor timur-utara, dalam jarak 5 km untuk sektor Selatan-timur Gunung Sinabung.

Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.

Selain itu, masyarakat perlu mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh.

Kepada masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya