Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tidak realistis untuk percaya bahwa dunia akan bebas dari pandemi COVID-19 global pada akhir tahun 2021.
Meski demikian, badan PBB tersebut menyatakan bahwa kedatangan vaksin yang efektif baru-baru ini setidaknya dapat membantu secara dramatis mengurangi angka rawat inap dan kematian.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan, dibutuhkan langkah yang dapat mengurangi angka rawat inap dan kematian akibat COVID-19.
"Ini akan menjadi sangat prematur dan saya pikir tidak realistis untuk berpikir bahwa kita akan menyelesaikan virus COVID-19 pada akhir tahun ini," kata Ryan kepada wartawan.
"Tapi saya pikir apa yang bisa kita selesaikan yaitu mengurangi rawat inap, kematian, dan tragedi yang terkait dengan pandemi ini."
Ryan mengatakan, fokus WHO adalah menjaga agar penularan virus tetap rendah, untuk membantu mencegah munculnya varian, tetapi juga untuk mengurangi jumlah orang yang sakit.
Dia juga mengatakan bahwa memvaksinasi pekerja perawatan kesehatan garis depan dan mereka yang paling rentan terhadap penyakit parah akan "menghilangkan ketakutan dan tragedi dari pandemi."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Berikut Ini:
Vaksinasi Negara Miskin
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menginginkan vaksinasi petugas kesehatan dilakukan di setiap negara dalam 100 hari pertama tahun 2021, yang berarti masih ada 40 hari tersisa, lapor Agence France-Presse (AFP).
Dia menyambut baik suntikan dosis pertama melalui fasilitas berbagi vaksin COVAX global, yang diberikan pada Senin (1/3) di Ghana dan Pantai Gading.
"Sangat menggembirakan melihat petugas kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah mulai divaksinasi. Tetapi sangat disayangkan bahwa ini terjadi hampir tiga bulan setelah beberapa negara terkaya memulai kampanye vaksinasi mereka," katanya.
"Dan sangat disesalkan bahwa beberapa negara terus memprioritaskan vaksinasi yang lebih muda, orang dewasa yang lebih sehat dengan risiko penyakit yang lebih rendah di populasi mereka sendiri daripada petugas kesehatan dan orang tua," katanya, tanpa menyebut nama negara tersebut.
Advertisement