Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio, mengatakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sedang berada dalam kondisi SOS atau darurat. Hal ini disebabkan berbagai penugasan yang dinilai justru membebani keuangannya.
Agus mengatakan, kondisi terakhir KAI setelah transformasi yaitu memerlukan bantuan peremajaan armada untuk peningkatan daya angkut.
Advertisement
Namun hal ini terhambat karena "penugasan" dari pemerintah yang dinilai justru membebani KAI yaitu Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), LRT Palembang, dan LRT Jabodebek.
Belum lagi ditambah kondisi pandemi saat ini. Keterlambatan peremajaan armada dinilai akan memperburuk pelayanan KAI.
Untuk LRT Palembang, misalnya, Agus yang kala itu berada di tim pengawas untuk masalah LRT, menilai pembangunannya tidak pas salah satunya karena strukturnya masih monorel.
"Waktu itu saya coba, kecepatannya tidak bisa lebih dari 20 km per jam. Jadi akhirnya tidak akan bisa berjalan, saya pikir KAI bisa 'mabuk' kalau seperti ini," kata Agus dalam Webinar Nasional: Mengenang Transformasi Kereta Api di Era Digital pada Selasa (2/3/2021).
Untuk KCIC, Agus menyatakan sejak awal tidak setuju karena proses dan model keuangannya. Berdasarkan penuturannya, pembangunan KCIC diputuskan hanya sampai ke Padalarang.
"Sampai sekarang akhirnya tidak beres. KCIC sekarang diputuskan cukup sampai Padalarang supaya uang yang Rp 2 sekian triliun itu bisa kembali. Di KCIC, KAI tidak dapat apa-apa," tuturnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Suntikan Modal
Menurut Agus, keuangan KAI memerlukan suntikan modal senilai dana yang digunakan untuk KCIC maupun LRT Palembang dan LRT Jabodebek. Jalan keluar lain, pemerintah harus berhenti memberikan penugasan tersebut kepada KAI.
Beban KAI pun kini ditambah dengan rencana PT MRT Jakarta mengakuisisi 51 persen saham anak usaha KAI, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)
Agus pun mengimbau agar KAI perbaiki, atau dikembalikan seperti kondisi 2014
"Keuangan KAI perlu suntikan modal, terakhir saya dengar sekitar berapa triliun minus dan ini mau diapakan, serta pandemi sekarang tinggal berapa persen penumpangnya. Ini SOS sebetulnya, sudah harus segera dipikirkan bagaimana menyelamatkan kelangsungan KAI balik seperti masa jaya sebelum ada penugasan-penugasan," jelas Agus.
"Rasanya belum sampai 10 tahun KAI menikmati transformasi, sudah terguncang dengan begitu banyak penugasan yang menyesakkan keuangan KAI," sambungnya.
Advertisement