Gunung Es Seukuran Lebih Besar dari Kota New York Pecah di Antartika

Sebuah gunung es di Antartika yang memiliki ukuran lebih besar dari New York City baru-baru ini pecah.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2021, 16:28 WIB
Dalam foto selebaran 1 Oktober 2019 menunjukkan kondisi pecahan gunung es yang dikenal sebagai 'Loose Tooth' atau gigi yang tanggal di lapisan es Amery, Antartika. Peristiwa ini merupakan pecahan besar pertama di lapisan es Amery sejak tahun 1964. (Richard COLEMAN/AUSTRALIAN ANTARCTIC DIVISION/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Gunung es berukuran 492 kaki atau sekitar 147 meter dan 490 mil atau sekitar 1.225 meter persegi retak dari Brunt Ice Shelf pada Jumat 26 Februari, seperti diungkap British Antarctic Survey (BAS). 

Dikutip dari CBS News, Selasa (2/3/2021), bagian gunung es yang hancur itu berukuran lebih besar dari New York City, membelah dekat Stasiun Riset Halley BAS, yang aksesnya ditutup untuk musim awal Maret.

Para peneliti mengatakan, indikasi pertama datang pada November lalu ketika retakan yang dikenal sebagai North Rift menjadi aktif, dan pecah menuju jurang yang dikenal sebagai Lidah Gletser Stancomb-Wills hampir 23 mil atau sekitar 58,4 meter jauhnya.

"Gunung es terbentuk ketika retakan melebar beberapa ratus meter dalam beberapa jam pada pagi hari 26 Februari, melepaskannya dari sisa lapisan es yang mengapung," kata pihak BAS.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Retakan gunung es adalah situasi dinamis

Dalam foto selebaran 1 Oktober 2019, kondisi pecahan gunung es yang dikenal sebagai 'Loose Tooth' atau gigi yang tanggal di lapisan es Amery, Antartika. Ini adalah gunung es terbesar yang dihasilkan Antarktika dalam periode lebih dari 50 tahun. (Richard COLEMAN/AUSTRALIAN ANTARCTIC DIVISION/AFP)

Direktur Operasi BAS, Simon Garrod, menyebut retakan tersebut sebagai situasi dinamis, yang dapat terus menerus berubah. Tiga retakan telah terdeteksi selama satu dekade, termasuk Halloween Crack dan Chasm 1.

"Tugas kami sekarang adalah mengawasi situasi dan menilai setiap dampak potensial keretakan dari es yang tersisa," kata Garrod.

Profesor Dame Jane Francis, direktur Survei Antartika Inggris, mengatakan tim telah mempersiapkan selama bertahun-tahun untuk peristiwa semacam itu, memantau pergerakan dan deformasi Brunt Ice Shelf, bahkan ketika BAS tidak berada di Stasiun Penelitian Halley.

Para peneliti tinggal di stasiun hanya pada musim panas, karena pada saat musim dingin situasi di sana gelap dan dingin, membuat mereka sulit untuk mengamati.

"Selama beberapa minggu atau bulan mendatang, gunung es mungkin menjauh; atau bisa kandas dan tetap dekat dengan Brunt Ice Shelf," tambah Francis.

 

Reporter: Veronica Gita


INFOGRAFIS: Deretan Bencana Alam yang Menerjang Indonesia di Awal 2021

INFOGRAFIS: Deretan Bencana Alam yang Menerjang Indonesia di Awal 2021 (Liputan6.com / Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya