5 Fakta Baku Tembak di Poso yang Tewaskan Anak Teroris Santoso

Dari dua DPO teroris jaringan MIT yang tewas dalam baku tembak di Poso, satu di antaranya merupakan anak Santoso bernama Irul.

oleh Maria Flora diperbarui 02 Mar 2021, 19:45 WIB
Personel TNI saat melakukan penyisiran di sekitar Desa Lembantongoa usai serangan MIT di desa tersebut pada akhir November, 2020. (Liputan6.com/Dokumentasi Rahman Odi)

Liputan6.com, Jakarta - Pengejaran terhadap kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah yang dipimpin Ali Kalora masih terus dilakukan.

Perburuan terhadap teroris yang diduga berafiliasi dengan ISIS tersebut menyusul pembunuhan satu keluarga di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat, 27 November 2020.

Dari 11 buronan teroris yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), dua di antaranya belum lama ini tewas dalam baku tembak dengan prajurit TNI. Satu DPO yang tewas tersebut belakangan diketahui sebagai anak mantan pemimpin MIT Poso, Santoso.

"Dari informasi yang diterima mereka akan melakukan amaliah," kata Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso di Palu, Selasa (2/3/2021).

Selain dari kelompok teroris, prajurit TNI bernama Praka Dedi Irawan juga dilaporkan gugur dalam insiden tersebut. Praka Dedi meninggal, Senin, 1 Maret kemarin, pukul 18.30 Wita saat akan menyergap sejumlah orang di Dusun Andole, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

Berikut deretan fakta terbaru dari perburuan terhadap kelompok teroris pimpinan Ali Kalora hingga menewaskan anak Santoso: 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Anak Santoso Tewas Terkena Bom

TNI dan Densus Antiteror 88 menyisir wilayah di Poso

Satu dari dua orang buronan yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang tewas setelah kontak tembak dengan Satgas TNI/Polri, Senin, 1 Maret kemarin adalah putra dari Santoso, mantan pimpinan MIT Poso.

Dua DPO MIT Poso yang tewas dalam kontak tembak di Poso itu yakni Samir alias Alfin asal Provinsi Banten, dan Irul, warga Kabupaten Poso yang merupakan anak Santoso.

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengungkapkan, kontak tembak tersebut terjadi saat pihak kepolisian mendapatkan informasi, bahwa kelompok MIT tersebut akan melakukan aksi terorisme.

Dalam kontak tembak tersebut, satu DPO yakni Samir alias Alfin tewas karena mengalami luka tembak di bagian kepala, dan Irul tewas akibat bom yang dibawanya meledak di badannya sendiri.


2. Ali Kalora Melarikan Diri

Aparat Brimob Polda Sulteng saat menyisir perbukitan di Kelurahan Mamboro Barat berusaha menangkap seorang terduga kelompok MIT Poso, Minggu (8/11/2020). (Foto: Anang P).

Kapolda Sulteng menyebutkan, dalam kontak tembak tersebut, dua orang DPO lainnya berhasil melarikan diri. Salah satu di antaranya adalah Ali Kalora

"Mereka waktu itu ada berempat, dan dipimpin oleh Ali Kalora, namun dua orang berhasil kabur dan sampai saat ini masih dalam pengejaran," jelasnya seperti dikutip Antara.

Pihak Kepolisian juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti dari dua DPO tersebut, seperti amunisi senjata api panjang sebanyak sebelas buah, ransel, golok dan GPS.


3. Satu Prajurit TNI Gugur

Personel TNI yang tergabung dalam Satgas Tinombala tengah berpatroli di pegunungan Poso guna mengejar Kelompok MIT. (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Sementara itu, dari kubu aparat dilaporkan satu personel TNI meninggal dunia. Praka Dedi Irawan gugur dengan luka tembak di bagian perutnya.

Kontak tembak terjadi sekitar pukul 18.30 Wita, Senin, 1 Maret kemarin. Baku tembak antara Satgas Koopsus TNI dengan kelompok teroris MIT itu terjadi di Dusun Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

"Kontak tembak terjadi saat dilakukan penyergapan. Kita juga berduka, 1 personel TNI gugur," Kata Kapolda Sulteng, Irjen Pol Abdul Rakhman Baso di RS Bhayangkara Palu, Selasa (2/3/2021).

Sementara, dua jenazah anggota MIT yang tewas, pada Selasa pagi dibawa ke RS Bhayangkara Palu untuk proses autopsi dan identifikasi.


4. Penyergapan Berawal dari Laporan Warga

Kapolda Sulteng, Irjen Pol. Abdul Rakhman Baso, menunjukkan gambar DPO kelompok MIT yang tewas, Selasa (2/3/2021). (Liputan6.com/Heri Susanto)

Sebelumnya, aparat gabungan menerima informasi dari warga sekitar tentang keberadaan sekelompok orang yang mencurigakan. Menindaklanjuti itu, Praka Dedi Irawan bersama personel gabungan bergerak ke lokasi.

Prajurit itu terlibat dalam baku tembak dengan empat anggota MIT saat berupaya menyergap orang-orang yang masuk dalam DPO sekitar pukul 18.30 Wita di Dusun Andole, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

Prajurit asal Pekanbaru itu tertembak di bagian perutnya.

"Yang gugur adalah prajurit terbaik kita. Jenazah akan dibawa ke Jakarta dulu untuk dilakukan penanganan dan penghormatan sesuai SOP TNI/ Polri," Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso didampingi Danrem 132 Tadulako, Brigjen TNI Farid Makruf, menerangkan di RS Bhayangkara Palu, Selasa (2/3/2021).


5. Jenazah Praka Dedi Irawan Dibawa ke Jakarta

Polisi baku tembak dengan kelompok teroris di Poso (Liputan6.com/ Dio Pratama)

Usai dibawa ke RS Sindhu Trisno, Kota Palu, jenazah Praka Dedi pada pukul 11.00 Wita langsung dibawa ke Jakarta dengan pesawat hercules diiringi duka mendalam rekan-rekannya.

Sementara itu, di lokasi kejadian hingga Selasa siang (2/3/2021) aparat gabungan mengintensifkan pengejaran terhadap anggota teroris MIT lainnya yang meloloskan diri dari penyergapan Senin petang itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya