Presiden Duterte Pecat Dubes Filipina Akibat Serang Asisten Rumah Tangga

Seorang duta besar Filipina dipecat lantaran terlibat dalam tindak kekerasan terhadap ART.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 03 Mar 2021, 12:37 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (tengah) menyampaikan pidato di Istana Presiden Malacanang, Manila, Kamis (12/3/2020). Duterte mengumumkan lockdown untuk Kota Manila demi mencegah penyebaran virus corona COVID-19. (Richard Madelo/Malacanang Presidential Photographers Division via AP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memecat duta besarnya untuk Brasil Marichu Mauro setelah terlihat dalam rekaman video menyerang secara fisik seorang anggota staf rumah tangganya.

Presiden Rodrigo Duterte menyatakan telah menyetujui rekomendasi untuk memecat Marichu Mauro.

Dikutip dari laman The Star, Rabu (3/3/2021) ia juga mencabut tunjangan pensiunnya dan mendiskualifikasi mantan dubes dari jabatan publik seumur hidup. Keputusan itu diambil ketika Duterte mendorong kampanye melawan pelanggaran resmi dan korupsi pada tahun terakhir kekuasaannya.

Mauro dipanggil kembali dari Brasil pada Oktober 2020 setelah video dari kamera CCTV di kediaman duta besar Filipina di Brasilia menunjukkan seorang wanita -- yang merupakan ART -- diserang pelaku.

Departemen Luar Negeri di Manila mengatakan pada saat itu korban telah kembali ke Filipina dan pihak pemerintah berusaha menghubunginya.

Hingga kini, Mauro belum secara terbuka mengomentari tuduhan tersebut.

Saksikan Video Berikut Ini:


Duterte Vs Wakil Presiden

Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberi tahu puluhan polisi yang berada di hadapannya bahwa mereka akan diawasi. (Ted Aljibe/AFP)

Di satu sisi, Duterte yang juga menyoroti kasus korupsi di negaranya telah membaca nama-nama pegawai pemerintah dan pejabat yang terlibat dalam kasus pencurian uang negara.

Selain itu, Duterte turut menyerang wakilnya lantaran Leni Robredo kerap mengkritik penanganan pemerintah terhadap wabah virus corona COVID-19 dan kampanye vaksinasi.

"Anda tampaknya memiliki wajah malaikat tetapi pikiran yang jahat," kata Duterte.

Menggerutu atas apa yang dia katakan, Robredo diinggatkan bahwa petugas kesehatan harus diperlakukan dengan baik, Duterte juga berkata, "Kamu bisa mati, tapi aku tidak akan pernah meninggalkan garis depan dan kamu tidak perlu terlalu berlebihan tentang itu."

Presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah di Filipina, sehingga kandidat dari partai saingan seperti Duterte dan Robredo berakhir di pucuk pimpinan negara dan sering bertabrakan dengan kebijakan.

Robredo telah menjadi kritikus terkemuka atas tindakan keras anti-narkoba Duterte.

Menyikapi pekerja pemerintah yang dinilai salah, Duterte mengancam akan menampar dan mempermalukan mereka yang berseberangan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya