Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 kembali menyampaikan perkembangan terkini kasus virus Corona di Indonesia.
Kali ini, Satgas Penanganan Covid-19 bicara terkait angka kematian akibat virus Corona. Kasus kematian akibat corona di Indonesia dalam setahun terakhir ini disorot Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Advertisement
Menurut Doni, mayoritas kasus kematian akibat Covid-19 disumbang pasien dalam kelompok umur di atas 47 tahun dengan komorbid.
"85 persen mereka yang wafat ini, yang meninggal adalah kelompok usia di atas 47 tahun dengan komorbid. Dan risiko yang lebih tinggi lagi adalah mereka yang memiliki komorbid lebih dari satu," ujar Doni saat memberikan sambutan dalam acara Satu Tahun Pandemi Covid-19, Selasa, 2 Maret 2021.
Kemudian, Doni mengatakan, khusus di Jawa Timur, lebih dari 90 persen kasus kematian Covid-19 dikontribusi pasien dengan komorbid diabetes.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan, kasus kematian Covid-19 meningkat sebesar 74,80 persen pada periode 22 sampai 28 Februari 2021.
"Ini adalah peningkatan yang sangat tajam mengingat beberapa minggu terakhir terjadi penurunan kematian," kata Wiku.
Berikut deretan pernyataan Satgas Penanganan Covid-19 terkini terkait angka kasus kematian Corona di Indonesia dihimpun Liputan6.com:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Angka Kematian Naik Tajam
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan kasus kematian Covid-19 meningkat sebesar 74,80 persen pada periode 22 sampai 28 Februari 2021.
"Ini adalah peningkatan yang sangat tajam mengingat beberapa minggu terakhir terjadi penurunan kematian," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Selasa, 2 Maret 2021.
Tercatat ada lima provinsi yang menyumbang kasus kematian Covid-19 tertinggi pada periode tersebut. Yakni, Jawa Tengah naik 410 kasus kematian Covid-19, Jawa Barat naik 117, Jawa Timur naik 73, Nusa Tenggara Timur naik 40 dan Sumatera Selatan naik 14.
Sementara itu, penambahan pasien sembuh dari Covid-19 menurun pada periode yang sama. Wiku menyebut, ada penurunan 1,8 persen pasien sembuh dari Covid-19 dari pekan sebelumnya.
"Meskipun begitu, saya ingin mengapresiasi lima provinsi yang masih mencatatkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu Jawa Tengah naik 7.756, Kalimantan Utara naik 1.248, Jawa Timur naik 901, Sumatera Barat naik 851 dan Kalimantan Timur naik 529," ucap Wiku.
Kasus positif Covid-19 juga menurun pada periode 22 sampai 28 Februari 2021, yakni sebesar 8,50 persen. Namun, lima provinsi masih mencatat kenaikan kasus positif Covid-19 tertinggi pada periode tersebut.
Yaitu Sulawesi Selatan naik 776 kasus positif Covid-19, Papua naik 205, Jambi naik 108, Sulawesi Tengah naik 97 dan Kalimantan Utara naik 81.
Advertisement
Kasus Melonjak Usai Libur Panjang
Wiku menjabarkan, sejak kasus pertama Covid-19 di Maret 2020 sampai Januari 2021, kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan kemudian turun pada Februari 2021.
Pada empat bulan pertama Covid-19 ada di Indonesia, peningkatan yang terjadi cukup drastis yakni sekitar 70 hingga 90 persen.
Pada bulan pertama, lonjakan kasusnya bahkan lebih dari 9 kali lipat. Menurut Wiku, hal ini karena Indonesia sedang dihadapkan dengan pandemi yang datang secara tiba-tiba.
"Masa-masa ini adalah masa di mana Indonesia dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang terjadi secara tiba-tiba dan tengah melakukan upaya percepatan semaksimal mungkin, salah satunya dengan menerapkan pembatasan sosial berskala besar," kata Wiku.
Wiku menambahkan ada implikasi kematian pada setiap libur panjang selama setahun ke belakang. Di bulan-bulan tanpa libur panjang, jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 adalah 50 sampai 900 orang. Sementara itu, jumlah tersebut dapat melonjak meningkat tajam menjadi 1.000-2.000 orang di bulan-bulan dengan libur panjang.
"Data menunjukkan bahwa keputusan kolektif untuk tetap berlibur panjang selama pandemi adalah keputusan yang tidak bijak karena secara langsung berdampak pada jumlah orang yang meninggal," papar Wiku.
Ia berharap agar pemerintah dan masyarakat belajar untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan tidak membahayakan nyawa diri sendiri dan orang lain.
Indonesia memiliki persen kasus aktif yang lebih rendah dari dunia dan persen kesembuhan yang lebih tinggi. Namun, kematian di Indonesia lebih tinggi dari dunia.
"Jumlah kematian di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 36.000 orang merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi. Angka tersebut adalah nyawa dan kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menekan hingga tidak ada penambahan kematian sama sekali," jelas Wiku.
Mayoritas Angka Kematian Disumbang Komorbid
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo juga menyoroti kasus kematian Covid-19 dalam satu tahun terakhir.
Dia menyebut, mayoritas kasus kematian akibat Covid-19 disumbang pasien dalam kelompok umur di atas 47 tahun dengan komorbid.
"85 persen mereka yang wafat ini, yang meninggal adalah kelompok usia di atas 47 tahun dengan komorbid. Dan risiko yang lebih tinggi lagi adalah mereka yang memiliki komorbid lebih dari satu," kata Doni saat memberikan sambutan dalam acara Satu Tahun Pandemi Covid-19, Selasa, 2 Maret 2021.
Khusus di Jawa Timur, kata Doni, lebih dari 90 persen kasus kematian Covid-19 dikontribusi pasien dengan komorbid diabetes.
"Khusus di Jawa Timur angka kematian itu mencapai 92 persen adalah penderita komorbid dengan diabetes," ujar dia.
Meski kasus kematian Covid-19 sudah menembus 36.325 orang pada Senin, 1 Maret 2021, Doni menyebut angka kematian di Indonesia lebih baik dari dari sejumlah negara maju di dunia.
"Kalau kita bandingkan dengan salah satu negara di dunia di mana angka kematiannya mencapai angka tertinggi yaitu 527 ribu jiwa. Padahal negara tersebut memiliki semua kemampuan, kekuatan, sumber daya anggaran yang besar, sistem manajemen rumah sakit yang sangat baik, dokter-dokter terbaik di dunia ada di situ semua," ucap dia.
"Tapi nyatanya, faktanya angka kematianya mencapai sekitar 20 sampai 25 persen dari angka kematian global. Artinya, teknologi kesehatan bukan salah satu cara untuk mengatasi pandemi ini," sambung Doni.
Advertisement
PPKM Mikro Cukup Memberi Dampak
Kemudian Doni menyampaikan, dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro membuat angka kematian dokter akibat Covid-19 berkurang.
Keberhasilan PPKM mikro dalam beberapa minggu terakhir, rata-rata kasus aktif, kematian, dan kapasitas tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) menurun di bawah 70 persen.
Angka kesembuhan Covid-19 di 7 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur mengalami peningkatan.
"Dampak PPKM mikro yang terjadi ini berpengaruh kepada risiko penularan virus Corona bagi para tenaga kesehatan kita, terutama dokter ya," terang Doni.
"Di samping karena PPKM mikro, sekarang sudah ada vaksin, yang sudah dilakukan untuk lebih dari 90 persen tenaga kesehatan, sehingga yang berdampak (kematian) bukan hanya dokter. Tetapi juga perawat dan bidan serta tenaga laboratorium mengalami penurunan," sambung dia.
Data Satgas Nasional per 10 Februari 2021, ada 14 dokter meninggal akibat Covid-19. Jumlah tersebut menurun drastis dibanding Januari 2021, yang mencapai 58 kematian dokter.
"Kita lihat data terakhir (10 Februari) sampai dengan hari ini, tercatat 14 orang dokter yang gugur akibat Covid-19. Dibanding Januari (sebelum PPKM) jauh sekali pengurangannya," imbuh Doni Monardo.
"Ini juga karena sudah ada vaksinasi bagi tenaga kesehatan. Dan jumlah pasien yang berkurang (BOR menurun) di rumah sakit bisa membantu melindungi tenaga kesehatan," sambung Doni.
Doni Monardo menekankan, perlindungan tenaga kesehatan, termasuk dokter dari penularan virus Corona penting dilakukan.
"Sekali lagi, kita harus berjuang keras melindungi para dokter. Karena dokter adalah benteng terakhir. Jumlah dokter kita terbatas," terang dia.
"Kita terus berusaha, jangan sampai terlalu banyak (pasien positif Covid-19) yang dirawat di rumah sakit. Ya, karena dampaknya, dokter kehabisan waktu, tenaga juga kelelahan, sehingga imunitas dokter berkurang," jelas Doni.
8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19
Advertisement