Liputan6.com, Jakarta - Pada 5 Maret 1966, pesawat berbadan sempit Boeing 707 buatan Amerika, jatuh ke Gunung Fuji di Jepang dan menewaskan 124 orang di dalamnya. Pesawat BOAC (British Overseas Airways Corporation) itu jatuh ke lereng berhutan gunung berapi yang tidak aktif, tepat 25 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Tokyo.
Ini adalah pesawat buatan Amerika ketiga yang jatuh di daerah itu dalam waktu sekitar satu bulan di tahun yang sama.
Advertisement
Awal Februari 1966, sebuah Boeing 727 jatuh di teluk Tokyo, yang merenggut 133 nyawa. Dan kurang dari 24 jam, sebuah DC-8 dari Canadian Pacific Airlines jatuh saat mendarat di Tokyo menewaskan 64 orang di dalamnya.
Para saksi mata yang melihat kecelakaan hari ini melaporkan melihat beberapa bagian pesawat Boeing putus di udara.
Salah satunya mengatakan, "Pesawat itu terbang setinggi Gunung Fuji dan saya bisa melihat asap di ekornya. Saya mendengar ledakan dan kemudian ekor dan badan pesawat utama pecah dan pesawat mulai berputar ke bawah. Tepat sebelum menabrak hidung dan badan pesawat berpisah."
Saksikan Video Berikut Ini:
Arus Udara
Melihat banyaknya kecelakaan pesawat ini, dua tim penyelidik Inggris dikirim ke Jepang untuk menyelidiki kecelakaan tersebut. Seorang pejabat dari Dewan Penerbangan Sipil Amerika Serikat juga berangkat ke Tokyo.
Pesawat nahas itu sempat ditunda penerbangannya pada malam sebelum kecelakaan di Fukuoka, selatan Jepang karena cuaca buruk di wilayah Tokyo. Pesawat itu telah terbang ke ibu kota Jepang di pagi hari.
Kecelakaan tersebut terjadi dalam perjalanan ke perhentian berikutnya, Hong Kong.
Kapten Bernard Dobson, dari Poole di Dorset, menjadi komandan pesawat tersebut. Dia digambarkan sebagai pilot 707 yang sangat berpengalaman dan telah menerbangkan pesawat ini sejak November 1960.
Penyelidikan atas kecelakaan itu menemukan bahwa pesawat itu mengeluarkan uap putih saat meninggalkan Tokyo, lalu tiba-tiba mulai kehilangan ketinggian dan bagian-bagian pesawat mulai terlepas. Akhirnya di atas Tarobo pada ketinggian sekitar 2000m, badan pesawat pecah.
Diperkirakan, pilot tersebut mungkin mencoba memberikan pemandangan Gunung Fuji yang baik kepada penumpangnya ketika dia tiba-tiba mengalami turbulensi parah yang tidak normal, yang menyebabkan pesawat putus.
Arus udara yang ganas dapat dialami di dekat Gunung Fuji, yang merupakan gunung tertinggi di Jepang.
Dari para korban yang diidentifikasi, 37 adalah orang Amerika, dua orang Inggris, dua orang China, satu orang Kanada, satu orang Selandia Baru, dan 13 orang Jepang.
Reporter: Lianna Leticia
Advertisement