Tentara Israel Tuntut Hak Menumbuhkan Janggut

Hak menumbuhkan janggut dalam militer Israel diklaim sarat akan isu diskriminasi.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Mar 2021, 03:01 WIB
Ilustrasi janggut. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Militer Israel menghadapi tantangan baru yang tidak terkait dengan ancaman wilayah, dan para aktivis mengatakan "masa depan tentara sedang dipertaruhkan." Bar Pinto dan Gilad Levi, dua pria berusia 29 tahun berjanggut merah, telah menginisiasi gerakan "Pembebasan Janggut untuk Semua."

Melansir laman South China Morning Post, Kamis, 4 Maret 2021, kampanye ini pada dasarnya menantang aturan militer Israel yang memaksa semua tentara pria mencukur bersih wajah mereka. Pinto dan Levi mempermasalahkan sistem yang memberi pengecualian atas aturan itu atas dasar agama, sementara wajah pasukan sekuler harus tetap mulus.

Mereka berpendapat ini memperburuk ketegangan di dalam jajaran. "Ada diskriminasi yang jelas antara agama dan sekuler,” kata Pinto. "Itu tidak legal," tambah Levi.

Wajib militer berlaku untuk semua warga Israel yang berusia usia 18, dengan pria muda diwajibkan menjalani selama hampir tiga tahun dan dua tahun untuk wanita. Tapi, semakin banyak yang mencari pengecualian, mengutip kondisi psikologis dan faktor lain sebagai alasan untuk menghindari kewajiban itu.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, baru-baru ini, mengatakan bahwa lebih dari separuh anak muda Israel tidak bertugas di militer. Pinto dan Levi mengatakan, mereka memandang dinas militer sebagai bagian sakral dari kewarganegaraan Israel.

Tapi, dengan tentara yang berjuang untuk menarik kaum muda, aturan kaku yang mengatur janggut jadi kontraproduktif. "Kami ingin tentara fokus pada apa yang benar-benar penting, yakni menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk mempertahankan negara, bukan mempermasalahkan janggut," kata Pinto.

"Mengapa mempersulit kehidupan para pemuda ini yang berusaha melayani negara dan memberi tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka?" sambungnya.

Gerakan Pembebasan Janggut untuk Semua itu didukung grup Facebook yang beranggotakan hampir empat ribu orang. Mereka menyebarkan kampanye video dan online merchandise, termasuk kaus dan stiker yang menampilkan logo tentara Israel yang dicap dengan janggut.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Adanya Isu Diskriminasi

Ilustrasi janggut. (pixabay.com)

Aturan militer Israel menyatakan bahwa "semua tentara diwajibkan mencukur rambut di wajah mereka." Tapi, Pinto dan Levi menuduh ada diskriminasi dalam cara penegakan aturan itu. Pengecualian dapat diberikan pada pria yang mematuhi aturan agama Yahudi yang melarang bercukur.

Orang lain yang mengklaim bahwa jenggot mereka merupakan bagian penting dari identitas diri juga berhak mendapatkan pengecualian. Pinto mengatakan, ia telah mendengar cerita dari "ribuan" tentara sekuler yang permintaan pembebasannya ditolak.

Sebanyak 17 tentara yang setuju dengan pernyataan itu mengajukan petisi ke Mahkamah Agung pada Januari lalu untuk memaksa pihak militer memberi pengecualian pada siapa pun yang mengajukan permintaan.

Levi mengatakan, 1,6 ribu tentara telah menyumbangkan uang dari kantong mereka sendiri untuk mendanai gugatan hukum, yang sejauh ini telah mengumpulkan 120 ribu shekel (Rp516 juta). Rambut wajah, termasuk janggut, menurut mereka, sangat penting bagi banyak pria muda Israel, terlepas dari tingkat kesalehan mereka.

"Religius dan sekuler adalah saudara seperjuangan, kita hidup bersama di negara ini," kata Pinto. "Janggut seharusnya tidak menjadi masalah yang memecah belah kita."


Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya