Liputan6.com, Yangon - Situasi akibat kudeta militer di Myanmar saat ini kian parah. KBRI Yangon pun menetapkan status siaga II untuk saat ini.
Lantaran hal tersebut, KBRI Yangon mengeluarkan imbauan agar WNI tetap tenang. Pihaknya juga mengimbau untuk mengurang mobilitas di luar rumah dan berdiam diri di rumah jika memungkinkan.
"Dalam hal ini, KBRI telah sampaikan imbauan agar WNI tetap tenang dan berdiam diri di kediaman masing-masing, menghindari bepergian, termasuk ke tempat kerja jika tidak ada keperluan sangat mendesak," menurut pernyataan resmi Kemlu melalui Direktur PWNI, Joedha Nugraha.
Baca Juga
Advertisement
Lebih lanjut lagi, pihak KBRI bahkan menyarankan WNI dan anggota keluarga yang tidak memiliki keperluan esensial untuk kembali pulang ke Indonesia mengingat situasi yang tidak kondusif di Myanmar.
"Bagi WNI beserta keluarganya yang tidak memiliki keperluan yang essensial, dapat mempertimbangkan untuk kembali ke Indonesia dengan memanfaatkan penerbangan komersial yang saat ini masih tersedia," tambah pernyataan tersebut.
Pihak Kementerian Luar Negeri beserta KBRI Yangon terus memantau situasi terkini di negara tersebut.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
38 Demonstran Tewas
Sedikitnya 38 orang tewas di Myanmar pada Rabu 3 Maret dalam apa yang digambarkan PBB sebagai "hari paling berdarah" sejak kudeta militer terjadi sebulan lalu. Utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener mengatakan ada rekaman mengejutkan dari negara itu.
Saksi mata mengatakan pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan karet dan peluru tajam.
Protes massal dan tindakan pembangkangan sipil telah terlihat di seluruh Myanmar sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari.
Para pengunjuk rasa telah menyerukan diakhirinya kekuasaan militer dan pembebasan para pemimpin pemerintah terpilih negara itu - termasuk Aung San Suu Kyi - yang digulingkan dan ditahan dalam kudeta tersebut.
Kudeta dan penindasan dengan kekerasan terhadap protes yang mengikutinya telah menyebabkan kecaman internasional, yang sejauh ini diabaikan oleh militer Myanmar.
Advertisement