Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencermati 56 saham yang bergerak di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA) hingga Jumat, 5 Maret 2021. Angka ini melonjak hampir 4 kali lipat dibandingkan periode sama 2020, yakni 15 saham.
Merujuk penjelasan pada laman BEI, UMA merupakan aktivitas perdagangan dan/atau pergerakan harga efek yang tidak biasa pada kurun waktu tertentu di Bursa. Harga yang tidak biasa itu bisa saja naik atau turun signifikan.
Bursa menilai aktivitas tersebut berpotensi mengganggu terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Namun, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran di bidang pasar modal.
Baca Juga
Advertisement
Terbaru, BEI memantau pola transaksi saham PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), dan PT Star Pacific Tbk (LPLI). Tiga saham itu masuk UMA seiring terjadi peningkatan harga saham di luar kebiasaan.
Head Of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi menilai, aktifnya pergerakan saham tahun ini perlu dicermati lebih dalam. Apakah karena harga yang naik, atau justru anjlok sehingga dikategorikan UMA oleh Bursa.
Lanjar menuturkan, UMA itu juga sebagai peringatan akan ketidakwajaran pergerakan harga saham dari kebiasaannya hingga mengenai rumor dan aksi korporasnya.
"Menarik atau tidak saham-saham yang terkena uma perlu di cermati lebih dalam. Di-UMA karena apa. Karena lonjakan harga saham yang signifikan atau penurunan harga saham yang signifikan,” kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (5/3/2021).
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bagaimana Strategi Sahamnya
Lanjar menuturkan, strategi untuk saham yang terkena UMA perlu lebih fokus mengetahui penyebab UMA tersebut. Selain itu, dapat juga mencermati kinerja keuangan serta prospek bisnis perseroan kedepannya, apakah berkaitan dengan tren penguatan sahamnya.
"Untuk investasi sangat tidak disarankan membeli saham yang terkena UMA karena lonjakan harga yang signifikan tanpa landasan apapun. Namun untuk trading bisa di cermati dengan menganalisa tingkat momentum pergerakannya,” tutur Lanjar.
Advertisement