Merajut Mimpi, Mudik Tanpa Henti di Jalan Tol

Jasa Marga terus berinovasi untuk meningkatkan pelayanan di jalan tol, khususnya dalam hal sistem pembayaran.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Mar 2021, 13:02 WIB
Sejumlah pengguna jasa tol saat melakukan transaksi pembayaran di gerbang tol Karang Tengah, Tangerang, Selasa (24/11/2020). Kementerian PUPR segera menerapkan teknologi transaksi pembayaran tol non-tunai tanpa sentuh (nir-sentuh) atau multi-lane free flow (MLFF). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Mudik tanpa henti, bukan berarti perjalanan mudik dari Jakarta menuju Surabaya melalui Jalan Tol Trans Jawa tanpa istirahat di Rest Area. Hal ini lebih dimaksudkan tidak lagi berhenti di Gerbang Tol untuk sekedar tap uang elektronik demi membayar tarif jalan tol.

"Kapan kita bisa mudik tanpa berhenti di Gerbang Tol?" tanya salah satu pengguna jalan tol, Arkadia (26) saat berbincang dengan Liputan6.com di warung kopi Rest Area 392, tepatnya di Jalan Tol Semarang-Batang, Sabtu (6/3/2021).

Apa yang dilontarkan Arkadia ini menjadi salah satu bukti bahwa sebuah pelayanan di jalan tol harus terus ditingkatkan, khususnya dalam hal sistem pembayaran. Selama ini, Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) sudah mengimplementasikan 100 persen pembayaran di Gerbang Tol dengan menggunakan uang elektronik.

Semua sepakat, saat itu, menjadi satu langkah maju dalam digitalisasi jalan tol. Di sisi lain, digitalisasi pembayaran ini juga bagian dari peningkatan pelayanan jalan tol. Sayangnya, setiap pelayanan tersebut tidak pernah ada puasnya di mata para pengguna jalan tol. Seperti yang dikatakan Arkadia.

"Memang saat ini sudah beralih menggunakan kartu, uang elektronik, tapi ketika padat, seperti saat mudik, masih ada saja antrian di Gerbang Tol. Belum lagi kalau ada yang kehabisan saldo saat pembayaran," ucap dia.

World Bank mencatat, pada 2015 Indonesia ada di urutan 84 dari 136 negara untuk urusan kualitas jalan tol, baik dari sisi konstruksi hingga pelayanannya. Saat itu, nilai aset untuk jalanan sendiri mencapai 15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Setiap tahunnya Indonesia dianggap meningkatkan infrastruktur jalan Rp 70 triliun per tahun.

Berangkat dari ketidakpuasan dari sebuah layanan dan peringkat jalan tol oleh World Bank ini, menjadi pelecut BUJT, khususnya PT Jasa Marga (Persero) Tbk, untuk terus berinovasi dalam meningkatkan layanan di jalan tol.

Jasa Marga, saat ini menjadi BUJT di Indonesia yang paling banyak mengoperasikan jalan tol. Tercatat, hingga akhir 2020, Jasa Marga memiliki 33 konsesi jalan tol di Tanah Air. Dimana 13 konsesi merupakan ruas tol lama, 20 konsesi adalah ruas tol baru, dan 2 ruas tol masih dalam tahap pembangunan.

Corporate Communicaton & Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan, soal inovasi sitem pembayaran di jalan tol, sebanrnya Jasa Marga sejak lama telah melakukan penelitian dan pengembangan touchless transaction dalam bidang Electronic Toll Collection (ETC) melalui pengujian dengan menggunakan beberapa jenis teknologi.

Bahkan, pengujian dilakukan sebelum mulai diimplementasikannya 100 persen pemberlakuan sistem pembayaran non tunai di seluruh ruas jalan tol pada tahun 2017 dengan menggunakan kartu uang elektronik.

"Upaya elektronifikasi ini dilakukan sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada pengguna jalan tol. Jasa Marga sudah melakukan pengembangan touchless transaction atau transaksi nirsentuh sejak 2014. Diawali dengan uji coba penerapan On Board Unit (OBU) Two Pieces yang bekerja sama dengan Bank Mandiri," ucapnya kepada Liputan6.com.

Dia melanjutkan, dalam perkembangannya, pada 2017 Jasa Marga melakukan pengujian OBU Single Piece, berbasis teknologi DSRC (Dedicated Short-Range Communication), bekerja sama dengan Telkom dan Damri di Gerbang Tol (GT) Kapuk Ruas Tol Dalam Kota.

Setelah itu, pada awal 2018, Jasa Marga mengembangkan uji coba teknologi berbasis RFID (Radio Frequency Identification), dengan menggunakan sticker yang dipasang di windshield kendaraan di GT Dukuh 2 Ruas Tol Jagorawi.

Berdasarkan hasil kajian dan evaluasi terhadap berbagai uji coba yang telah dilakukan, Jasa Marga menyimpulkan bahwa transaksi nirsentuh Single Lane Free Flow (SLFF) berbasis sticker RFID lebih viable untuk dilakukan. Hal ini, kata Heru, karena harganya yang lebih terjangkau dan tingkat reliabilitas yang tidak kalah baik jika dibandingkan dengan teknologi yang lainnya.

"Oleh karena itu sejak tahun 2018 sampai dengan sekarang, pengembangan dan uji coba transaksi tol nirsentuh SLFF terus dilakukan oleh Jasa Marga melalui anak usaha di bidang pengoperasian jalan tol, PT Jasamarga Tollroad Operator, dengan nama branding “FLO”, sebagai solusi pembayaran tol nirsentuh dan tanpa berhenti, berbasis voucher elektronik, dengan menggunakan stiker berteknologi RFID," tambah Heru.

Hingga saat ini, Jasa Marga masih terus melakukan tahapan uji coba terbatas FLO atau lebih dikenal dengan “Let It Flo”. Uji coba ini diawali di Jalan Tol Bali Mandara pada akhir tahun 2018. Uji coba terbatas Let it Flo di Jalan Tol Bali Mandara ini juga didukung dengan kerja sama secara Business to Business (B2B) dengan Blue Bird, BUMN di Wilayah Bali, BUMD, Pemerintah dan komunitas setempat.

Heru memaparkan, pemilihan Jalan Tol Bali Mandara sebagai lokasi uji coba terbatas dipilih dengan pertimbangan pada sistem transaksi tol yang diterapkan di Jalan Tol Bali Mandara adalah sistem terbuka dan sistemnya closed loop.

Setelah memberikan hasil memuaskan, uji coba terbatas di Jalan Tol Bali Mandara dikembangkan menjadi perluasan uji coba terbatas di jalan tol yang dikelola Jasa Marga di wilayah Jabotabek.

Perluasan uji coba terbatas ini dilakukan dengan target pengguna adalah BUMN-BUMN di wilayah Jabotabek, dan dalam rangka proof of concept, guna menguji kehandalan aplikasi yang dikembangkan serta mendapat feedback lebih banyak dari para pengguna.

Pada uji coba terbatas Let It Flo ini, Jasa Marga berupaya untuk melakukan pengembangan sistem pembayaran atau transaksi tol yang akan mempermudah dan membuat pengguna menjadi nyaman tanpa harus khawatir kehilangan uang elektronik.

Dengan teknologi ini, pengelolaan akun, top up voucher, dan pengecekan riwayat setiap transaksi sangat mudah dilakukan melalui Aplikasi Let it Flo yang tersedia di Google Play dan AppStore. Hal ini ke depannya juga dapat berpengaruh dan memberikan manfaat dalam mengurangi antrian di gerbang tol.

Berdasarkan data Jasa Marga, sampai saat ini, perluasan uji coba terbatas Let It Flo ini tersedia di 50 titik di gerbang-gerbang tol di wilayah Jabotabek (Jalan Tol Dalam Kota, JORR, Jagorawi, Jakarta-Tangerang, dan Jakarta-Cikampek) serta 3 titik gerbang-gerbang tol (Ngurah Rai, Nusa Dua, Benoa) di Jalan Tol Bali Mandara. Hingga saat ini pengguna Let It Flo berjumlah sekitar 6.000 users.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tahapan Inovasi Digital

Tol Bali

Berbagai upaya yang sudah dilakukan Jasa Marga ini tentunya mendapat apresiasi dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Kepala BPJT Danang Parikesit mengungkapkan, pengembangan SLFF yang dilakukan Jasa Marga merupakan tahapan yang harus dilalui, baik untuk BUJT ataupun pengguna jalan tol untuk nantinya beralih ke sistem Multi Lane Free Flow (MLFF). MLFF merupakan sistem multi jalur tanpa hambatan dengan menggunakan teknologi sistem pembayaran tol mutakhir, yakni Smartphone GNSS (Global Navigation Satelite System).

Teknologi ini merupakan kombinasi telepon pintar dan satelit. Dengan teknologi ini, tidak diperlukan lagi palang dan gerbang tol. Pengguna jalan tol bisa keluar masuk jalan tol tanpa hambatan. Pembayaran jalan tol dilakukan melalui aplikasi di telpon pintar. Aplikasi ini yang nantinya akan memotong tarif tol dari akun para pengguna jalan tol.

"Untuk ke sana (MLFF), tahapannya yaitu pengembangan sistem, pengenalan GNSS, penerapan Single Lane Free Flow, hingga penerapan MLFF," ucap Danang Parikesit kepada Liputan6.com.

Dijelaskan Danang, saat ini, BPJT tengah melakukan persiapan untuk implementasi MLFF ini. Setidaknya, pihak ketiga yang akan mengelola sistem MLFF ini sudah ditetapkan dan tengah disiapkan perjanjian kerjasamanya.

"Konstruksi mulai tahun ini dan implementasi penuh 2023," ucap dirinya dengan optimis.

Lantas, apa target untuk mewujudkan sistem pembayaran jalan tol tanpa tap di 2023 tersebut akan berjalan mulus dan tepat waktu? Pengamat Transportasi Darmaningtyas berpendapat, apa yang menjadi cita-cita pemerintah tersebut merupakan sebuah lompatan besar.

Dengan perkembangan teknologi yang sudah ada saat ini, baginya, implementasi pembayaran jalan tol tanpa tap di 2023 akan terwujud.

"Namun kita perlu ingatkan Pemerintah, agar penerapan teknologi ini tidak ada penambahan biaya tarif tol. Kita minta intinya teknologi yang diterapkan itu mudah, murah dan tepat guna," ucapnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Selain itu, pesan Darmaningtyas, hal yang perlu diperhatikan pemerintah yaitu tentang perubahan kultur ke digital. "Karena itu perlu edukasi, sosialisasi yang massif dan intensi kepada semua stake holders dan masyarakat pengguna," pungkasnya.

Dengan demikian, apa yang menjadi harapan Arkadia, untuk bisa mudik tanpa harus berhenti di gerbang tol akan segera terealisasi. Setidaknya pada 2023. Mengenai teknologi apa yang akan digunakan, tentu kita tunggu tanggal mainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya