Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sjarief Widjaja menyebut, benih lobster saat ini hanya ada di Indonesia. Dia pun menyayangkan jika benih lobster tersebut diekspor dan tidak dibesarkan sendiri di dalam negeri.
"Jadi akan sangat sayang kalu kita tidak besarkan sendiri dan ekspor sendiri," kata dia dalam Rapat Kerja Hipmi 2021, Sabtu (6/3).
Advertisement
Dia mencatat pasar global untuk lobster kurang lebih sebesar USD 1.924 juta atau sekitar 51.000 ton. Sementara, ekspor lobster Indonesia hanya bisa 2.000 ton. Terbesar justru dari Vietman. Sedangkan negara tersebut mengambil benihnya dari Indonesia.
"Kenapa kita tidak bisa dorong ini padahal harga lobster per Kg skala konsumsi bisa Rp600.000 per Kg. Jauh di atas harga ikan biasa. Kita bisa dorong 1 Kg 3 ekor, 300 gram - 500 gram," jelas dia.
Dia memperkirakan, jika menghitung hasil produksi budidaya, maka Indonesia bisa menargetkan ekspor sebanyak 22.000 ton. Asumsi tersebut memakai benih yang ada.
"Sudah kami itung semuanya nanti ada titik di Lombok dan sebagiannya kita bisa tarik jadi komoditas unggulan kita ke depan 22.000 ton. Sehingga segmentasi pasar bisa meraih kurang lebih 50 persen dari 51 ribu ton, 40-50 persen," jelasnya.
Saat ini, memang sentra budidaya lobster paling besar berada di daerah Lombok Timur. Kemudian ada juga di Jawa Timur bagian selatan. Juga ada di Aceh, Sukabumi, Lebak Pandeglang dan daerah Sulawesi Utara. "Ini yang saat ini eksisting," singkatnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Genjot Ekspor Lobster hingga Rumput Laut, KKP Kembangkan Kampung Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan komitmennya dalam pengembangan perikanan budidaya yang didukung oleh kajian ilmiah dan perencanaan bisnis yang matang. Langkah ini sekaligus untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan menambah pendapatan negara.
"Seperti yang kita ketahui, perikanan budidaya mendapat perhatian Bapak Presiden Joko Widodo, dan KKP mendapat mandat untuk mengoptimalkan produksi perikanan budidaya sebanding dengan potensi yang dimiliki," kata Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono, dalam keterangannya pada Selasa (2/3/2021).
Trengggono memaparkan ada dua terobosan terkait perikanan budidaya. Pertama, KKP fokus pada produk ekspor komoditas unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu udang, lobster dan rumput laut.
Komoditas udang dipilih menjadi prioritas berdasarkan data ekspor 2020, yaitu jumlah ekspor udang Indonesia mencapai 239.227 ton dengan nilai USD 2,04 miliar.
Untuk peningkatan produksi dan ekspor udang, KKP akan memfasilitasi pengembangan shrimp estate yakni sistem budidaya dengan skala intensif, dengan target produksi berkisar 40 ton per hektare per tahun.
Komoditas lainnya yaitu lobster dengan jumlah ekspor 2020 mencapai 2.022 ton dengan nilai USD 75.25 juta. Lobster dikembangkan melalui korporasi budidaya yang diharapkan dampaknya dapat menyentuh masyarakat. Salah satu strategi yang dilaksanakan adalah membuat suatu model kawasan budidaya lobster.
Selanjutnya rumput laut. Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China, dengan jumlah ekspor 2020 sebesar 195.574 ton dan nilai mencapai USD 279,58 juta.
KKP mengupayakan pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggalakkan penggunaan bibit kultur jaringan, pembangunan kebun bibit, penyaluran penjemuran rumput laut, dan penyediaan gudang rumput laut yang menerapkan Sistem Resi Gudang. Sementara dari aspek hilir, akan dibangun pabrik pengolahan rumput laut, sehingga dapat mendorong ekspor produk turunan rumput laut.
Advertisement
Terobosan Kedua
Terobosan kedua adalah pengembangan kampung budidaya dengan konsep Corporate Farming. Kampung perikanan budidaya ini menyinergikan berbagai potensi untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha perikanan budidaya, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Beberapa yang dikembangkan adalah kampung bioflok lele, kampung bioflok nila, kampung kerapu, kampung kakap putih, kampung lobster, kampung rumput laut, kampung patin, kampung lobster dan kampung ikan hias.
"Akuakultur adalah jawaban untuk membangun sektor perikanan Indonesia yang memiliki aspek pembangunan yang terdiri dari teknologi yang menjadi motor, lingkungan, sosial ekonomi dan pasar yang menjadi pertimbangan komoditas unggulan. Dimana keterlibatan stakeholder perikanan budidaya berperan penting dalam mencapai kesejahteraan pelaku usaha budidaya," jelas Trenggono.