Liputan6.com, Jakarta - PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) meraup dana Rp 35,4 miliar dari hasil penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Perseroan menawarkan 300 juta saham baru dalam rangka IPO atau setara dengan 9,56 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Saham baru itu ditawarkan pada harga Rp 118 per saham.
Direktur Bisnis PT Ulima Nitra Tbk, Ulung Wijaya menuturkan, seluruh dana segar yang diperoleh dari IPO antara lain digunakan untuk modal kerja. Dana IPO dipakai untuk membiayai kebutuhan bahan bakar, biaya perawatan dan spare parts, dan lain-lain untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.
Baca Juga
Advertisement
"Hal itu seperti biaya mess, makan karyawan, perjalanan dinas dan kebutuhan operasional lainnya,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin (8/3/2021).
Perseroan juga optimistis terhadap prospek usaha jasa pertambangan dan penyewaan alat berat pertambangan pada tahun mendatang. Hal ini sebagai dampak dari pemulihan ekonomi dunia dan mulai stabilnya harga komoditas dunia.
Pada IPO, perseroan juga menerbitkan saham baru untuk pelaksanaan konversi perjanjian utang dengan opsi konversi senilai Rp 40 miliar yang dilaksanakan pada tanggal penjatahan atau seluruhnya setara 10,80 persen dari seluruh total modal disetor penuh setelah penawaran saham perdana dan konversi utang konversi. Total peningkatan modal yang terkumpul sebesar Rp 74,5 miliar.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Program ESA
Selain itu, perseroan juga memberikan kesempatan kepada karyawan memiliki saham dalam program employee stock allocation (ESA).
Direktur Utama PT Ulima Nitra Tbk, Burhan Tjokro mengatakan, program ESA untuk memberikan insentif dan meningkatkan rasa memiliki karyawan terhadap perseroan. Selain itu, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat dalam mendukung operasional dan ekspansi perusahaan.
Selain itu, saham UNIQ juga masuk daftar efek Syariah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selain kegiatan usahanya yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan dalam kriteria efek syariah, pengelolaan risiko yang kuat dari manajemen perseroan yang tercermin dari rasio utang yang rendah diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya.
Per 30 November 2020 (un-audited), rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio) perseroan hanya tercatat sebesar 0,98 kali.
Advertisement