Wall Street Beragam, Indeks Dow Jones Cetak Rekor

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street bervariasi dengan indeks saham Dow Jones mencatatkan penguatan tertinggi.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mar 2021, 06:07 WIB
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam dengan indeks Dow Jones kembali cetak rekor pada perdagangan saham Senin waktu setempat.

Investor kembali masuk setelah Senat menyetujui paket stimulus COVID-19, sementara itu aksi jual terus menerus terjadi pada saham teknologi yang memberikan tekanan pada pasar.

Pada penutupan wall street, Senin, 8 Maret 2021, indeks saham Dow Jones naik 306,14 poin atau 1 persen menjadi 31.802,44. Penguatan indeks saham Dow Jones dipimpin oleh Disney. Sedangkan indeks saham S&P 500 melemah 0,5 persen ke posisi 3.821,35.

Indeks saham Nasdaq turun 2,4 persen ke posisi 12.609,16. Indeks saham Nasdaq melemah didorong saham Apple tergelincir 4,2 persen dan Tesla susut 5,8 persen. Sedangkan saham Alfabet dan Netflix melemah lebih dari 4 persen.

Pada Sabtu, 6 Maret 2021, Senat menyetujui bantuan ekonomi dan stimulus USD 1,9 triliun. Hal itu membuka perpanjangan tunjangan untuk pengangguran, dan putaran lain untuk pemeriksaan stimulus serta bantuan kepada pemerintah negara bagian dan lokal.

DPR yang dikendalikan Partai Demokrat diperkirakan mengesahkan RUU tersebut pada akhir pekan ini. Presiden AS Joe Biden diperkirakan teken menjadi undang-undang (UU) sebelum program bantuan pengangguran berakhir pada 14 Maret 2021.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Harapan Pemulihan Ekonomi

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan, orang yang telah divaksikasi penuh terhadap COVID-19 dapat bertemu dengan aman di dalam ruangan tanpa masker ini terutama di rumah pribadi.

"Ada beberapa aktivitas yang dapat dimulai kembali oleh orang-orang yang divaksinasi penuh sekarang dalam privasi rumah mereka sendiri. Setiap orang-bahkan mereka yang divaksinasi, harus melanjutkan semua strategi mitigasi ketika berada di tempat umum,” ujar Direktur CDC Dr Rochelle Walensky, dilansir dari CNBC, Selasa (9/3/2021).

Hal itu memberikan harapan terhadap pemulihan ekonomi yang kuat seiring akan dibukanya kembali aktivitas ekonomi. Berita positif mendorong saham perbankan.

Selain itu, saham Disney naik lebih dari enam persen setelah California melonggarkan aturan COVID-19. Dengan pelonggaran aturan itu membuka jalan bagi Disneyland untuk buka secara terbatas pada April. Saham American Airlines melonjak hampir lima persen, sementara United Airlines naik 7 persen, dan Target menguat 2,5 persen.

"Lebih banyak stimulus dapat memberikan dorongan besar ke pasar saham, tetapi mungkin datang dengan beberapa kendala. Kekhawatiran inflasi telah menjadi batu sandungan bagi saham akhir-akhir ini,” ujar Chief Investment Strategist Ally Invest, Lindsey Bell.

Oleh karena itu, ia perkirakan pasar akan cenderung melemah ke depan karena investor bergulat dengan efek stimulus jangka pendek dan panjang. 

"Saham-saham dengan harga tinggi seperti saham teknologi dan berkaitan dengan “stay at home” dapat terpukul,” ujar dia.


Saham Teknologi Tertekan

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Pada Senin, 8 Maret 2021, saham teknologi alami penurunan terbesar, dan melanjutkan tren selama beberapa minggu terakhir.

Saham dengan pertumbuhan tinggi termasuk di antara yang berkinerja terbaik pada tahun lalu sangat rentan karena suku bunga lebih tinggi mengurangi arus kas ke depan.

Saham Apple telah melemah 15 persen dalam sebulan terakhir. Sedangkan Tesla susut 34 persen. Saham Zoom dan Peloton masing-masing tergeincir 24 persen dan 30 persen.

Sentimen lainnya pada awal pekan ini setelah manajer hedge fund David Tepper mengatakan, kenaikan tajam suku bunga akan berakhir dan sulit untuk bersikap pesimistis pada saham saat ini.

“Pada dasarnya saya pikir suku bunga telah melakukan sebagian besar pergerakan untuk sementara, dan akan lebih stabil dalam beberapa bulan ke depan, yang membuatnya lebih aman untuk berada di saham saat ini,” ujar Tepper.


Imbal Hasil Obligasi AS Menguat

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir untuk mengantisipasi lebih banyak stimulus seiring pemulihan ekonomi yang berkembang pesat. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik empat basis poin menjadi 1,6 persen.

Tepper percayay aksi jual di surat berharga AS telah mendorong suku bunga lebih tinggi kemungkinan akan berakhir karena pembeli asing seperti Jepang siap masuk. Ia juga mengatakan, saham seperti Amazon mulai terlihat menarik setelah tertekan sekitar 11 persen selama setahun terakhir.

Sepanjang Maret 2021, indeks saham Dow Jones naik 2,8 persen. Indeks saham Nasdaq melemah 4,4 persen dan indeks saham S&P 500 merosot 0,3 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya